Kabar penculikan Ken Dedes putri Mpu Purwa ramai menjadi gunjingan masyarakat Tumapel. Penculiknya adalah Tunggul Ametung seorang akuwu, penguasa Tumapel sebagai perwakilan Kadhiri. Bukankah seorang penguasa bisa meminta dengan baik-baik kepada Mpu Purwa yang kemungkinan kecil menolaknya. Inilah yang membuat geger.
Hebohnya lagi, akibat penculikan ini membuat Mpu Purwa menjadi marah dan mengutuk akan terjadi kekeringan di daerah Panawijen (sekarang Polowijen). Tentu saja kutukan keramat dari seorang brahmana membuat takut masyarakat Panawijen yang bersebelahan dengan Tumapel.
0 0 0
Ken Angrok, seorang berandalan kampung yang mendengar kabar penculikan seorang gadis cantik putri seorang brahmana, menjadi penasaran.
Dari rumahnya, Ken Angrok pun pergi ke barat menuju Panawijen yang subur dan banyak mata airnya. Lalu menuju sendang Watu Gedhe dengan mata air suci di kaki Gunung Arjuna.
Nasib mujur sedang berada di sebelah Ken Angrok. Kala mendekati sendang (danau kecil), ia mendengar suara derap kuda menarik kereta.
Sebagai berandalan yang sering membuat ontran-ontran, ia pun segera menyelinap di semak perdu. Menghindari para bhayangkara yang sedang mencarinya.
Dari balik semak, Ken Angrok sangat terkejut ketika melihat yang datang bukanlah wadyabala Tumapel yang sedang mencarinya. Tetapi kereta dari keputren yang membawa Ken Dedes untuk mandi berendam.
Lebih terkejut lagi kala melihat Ken Dedes turun dari kereta yang cukup tinggi sehingga jaritnya tersingkap.
Slaaap.... mata Ken Angrok menjadi berkunang-kunang melihat mulusnya betis dan paha Ken Dedes yang akan mandi.
Tak mau darah kelelakiannya mendidih yang membuat pandangannya semakin suram karena birahi, maka ia pun pergi merindik meninggalkan Watu Gedhe.
0 0 0