Dalam budaya Jawa ada kirata basa atau akronim yang menyebut September sebagai singkatan dari sat-sate sumber artinya mengeringnya sumber atau mata air. Sedang Desember kirata basa gedhe-gedhene sumber atau besar-besarnya mata air. Dari segi bahasa yang sangat berbeda memang ini terasa othak-athik mathuk atau dipas-paskan. Namun kenyataan September biasanya masih musim kemarau.
Awal September, pohon-pohon randu di tepian jalan raya Malang - Tumpang masih tampak bunga-bunganya yang kering masih mekar menyebarkan kapuk yang biasa digunakan untuk isi bantal, guling, dan kasur. Menurut perhitungan budaya Jawa ini merupakan tanda masih mangsa ketiga atau musim kemarau.
Memasuki pekan kedua September, tampak beberapa pohon randu mulai semi bahkan pada 9 September 2021 daunnya mulai rimbun dengan kapuk-kapuknya masih menggantung. Sesuatu yang aneh. Biasanya randu akan semi ketika kapuk sudah rontok semua. Tetapi kali ini bersamaan. Sungguh berbeda.
Seminya randu menurut perhitungan penanggalan Jawa sebagai tanda hujan akan turun. Kenyataannya di beberapa wilayah pada 10 September hingga 14 September hujan sudah mengguyur deras. Artinya tanda alam seminya pohon randu terbukti.
Budaya Jawa mengatakan udan salah mangsa. Hujan salah musim.
Berdasarkan perkembangan teknologi lewat satelit cuaca bisa saja prakiraan cuaca diperhitungkan. Tetapi tanda-tanda alam yang mulai tersingkirkan tetap saja bisa sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H