Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Masuk ke Dalam Alur Cerpen Karya Seno Gumira Ajidarma

Diperbarui: 26 Maret 2021   21:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi.

Seorang istri memergoki bercak-bercak lipstik di celana dalam suaminya. Bercak-bercak lipstick berwarna merah menyala itu begitu jelas berlepotan pada celana dalam merek Hings yang sudah tidak begitu putih dan sudah kendur karetnya. Mula-mula perempuan itu tertegun. Kemudian terbayang-bayang kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi. Lantas dadanya terasa perih, panas, dan membara.

"Sukaaaaaabbb! Bajingan kamu!" 

(Antologi Cerita Pendek karya Seno Gumira Ajidarma di Harian Kompas 1978-2013, halaman 345)

0 0 0

Itulah paragraf pembuka dan kalimat pertama dari cerpen dengan judul Bibir yang Merah, Basah, dan Setengah Terbuka karya Seno Gumira Ajidarma pada tahun 1988 yang sangat fenomenal. Sebuah cerpen yang sangat menggugah saya untuk terus membaca dan membaca cerpen yang dimuat di Kompas Minggu. 

Sebagai seseorang yang mempunyai hobi membaca, Kompas menjadi bacaan saya sejak 1968. Artikel yang saya baca pertama kali adalah petualangan GART yang kini sudah tidak tampil lagi. Semenjak terbitnya Kompas Minggu di akhir tahun 70an bacaan saya banyak mengarah pada filsafat dan budaya M.A.W Brouwer dan P.K Ojong. Kadang-kadang membaca politik.  

Mengapa saya begitu mencintai cerpen-cerpen yang dimuat di Kompas? Jawabannya hanya satu, yakni lebih menggambar keadaan sebenarnya yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dan bukan sekedar imajinasi si penulis. Memang ada beberapa penulis yang dengan imajinasi begitu mengalir membawa pembaca ke alam pikiran penulis dan mengajak untuk berpikir tanpa sebuah kalimat retorika.

Apakah saya penggemar Seno Gumira Ajidarma? Jawabnya tentu saja: ya! Tapi saya bukanlah penggemar fanatik seperti fans sinetron. Sebagai seorang pembaca murni saya juga tertarik pada karya-karya penulis lainnya, seperti: Arswendo Atmowiloto, Putu Wijaya, Y.B Mangun Wijaya.

0 0 0

O, Sukab, Sukab, hatiku panas dan membara. Ingin rasanya aku memotong kemaluanmu. "Sukaaaaaabbb!!"

Asih berteriak lagi dengan kalab. Tangan kanannya sudah menggenggam pisau dapur. Tangan kirinya masih menggenggam celana dalam. Tiba-tiba saja ia sudah ada di luar rumah. Asih berlari sepanjang gang yang penuh anak-anak ingusan yang tidak sekolahan itu, menuju ke jalan besar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline