Hujan yang turun hampir setiap pagi hingga sore hari selama empat hari ini membuat enggan pergi menyusuri persawahan. Maka pagi hingga siang ini, kami kembali menyusuri pusat kota bergowesria dan tentu saja sambil menjalankan hobi memotret dengan memakai hape.
Waktu masih menunjukkan jam 9.15 ketika kami sudah sampai di wilayah Pasar Besar Malang atau yang dulu lebih dikenal dengan sebutan Pecinan, sekali pun warganya bukan hanya warga keturunan Tionghwa. Bahkan hingga awal tahun 80an masih ada juga pedagang dari keturunan Arab dan India. Kini mereka sudah tidak ada lagi. Kalah bersaing?
Setelah memarkir sepeda di salah satu mal, kami berjalan kaki menyusuri trotoar tempat dimana banyak pedagang K5 menggelar dagangannya sedemikian rupa di depan etalase toko-toko besar.
Ada yang berjualan kue basah, roti, pakaian dalam dan pakaian wanita, arloji dan kacamata, kaos kaki dan asesoris, serta pakaian anak-anak. Semua adalah barang KW2 hingga KW4. Harga mulai dari 10 ribu 3, 20 ribu 3, hingga 50 ribu tiga.
Di depan sebuah toko, saya berdiri di samping seorang penjual roti KW1 yang menembak merek tertentu dengan harga 10 ribu 3. Sambil mengamati dan memotret setiap kegiatan mereka yang terus bergerak mencari nafkah saya berbincang dengan penjual roti dan pedagang emas eceran alias pedagang yang mau membeli emas perhiasan yang rusak dan tanpa surat bukti pembelian. Harga sesuai dengan kesepakatan antara penjual dan pedagang.
"Ini roti retur dibungkus baru atau memang roti baru tapi KW, Bu..."
"Asli baru tapi ya asli tembakan Mas," jawab si penjual yang telah berjualan di sini selama sembilan tahun. Mendengar percakapan saya dengan si penjual apalagi saya memotretnya, si pengirim (sales) langsung menutup kepalanya dengan topi jaketnya. Setelah si penjual membayar tunai, si sales pun segera pergi.
"Kok bayar tunai kalau gak laku bagaimana, Bu?"
"Kalau hanya lima puluh buah roti saja habis Mas. Nanti siang kalau habis, saya minta kirim lagi. Tapi kalau habisnya sudah sore yang enggak." Jawab si penjual sambil melayani dua orang pembeli. Sehari rerata ia mendapat keuntungan antara 30-40 ribu dari kulakan seharga 2.500 perbuah dijual 10 ribu 3.
"Setiap hari bayar berapa untuk retribusi?" tanya saya pada seorang pedagang lainnya yang baru saja membeber dagangannya.
"Gratis, Mas. Kan sebenarnya gak boleh jualan di sini. Tapi kalau ada yang minta sumbangan keamanan ya diberi sesukanya."