Perbincangan dengan penyemai bibit sayur, perjalanan kami lanjutkan menyusuri perkebunan bambu tepian Kali Amprong untuk mencari suasana yang lebih tenang namun menantang. Baru sekitar beberapa ratus meter, kala akan menuruni tepian sungai irama merdu celoteh riang anak-anak yang sedang mandi terdengar riuh di antara gemercik derasnya air yang mengalir ke selatan.
Tanpa mempedulikan saya memotretnya apalagi dengan keruhnya air, mereka bermain dengan terjun dari batu cadas ke lubuk yang deras dan menghanyutkan diri. Kegembiraan tampak dalam wajah-wajah ceria walau mendung semakin hitam menggelayut tanda hujan akan turun. Tak ada semilirnya angin yang menunjukkan hujan segera akan turun.
Licinnya setapak membuat kami mengurungkan menyusuri setapak tepian Amprong dan kembali naik bagian atas yang merupakan anak sungai buatan yang dibangun kolonial Belanda sebagai irigasi. Sunyinya suasana semakin membuai kami untuk terus mengayuh setapak yang mulai tertutup suburnya rerumputan karena musim penghujan. Dalam keheningan, terdengar kecipak air karena gerakan. Awalnya kami kira biawak sedang menangkap mangsanya, namun setelah kudekati ternyata tampak seseorang berambut panjang sedang mandi. "Ssttt ada Nawangwulan...." Bisikku pada istriku yang tersenyum kecut. Setelah kami dekati ternyata seorang nenek yang sedang mandi setelah seharian bekerja menjadi buruh petik sayur. "Biar seger Mas....," katanya kala kudekati untuk memotretnya.
Jalan makin terjal dan licin, terpaksa kami kembali naik menyusuri jalanan berbatu di tepian desa. Tak terlalu jauh hanya sekitar tiga kilometer saja. Dan, akhirnya sampai juga di salah satu titik di mana Kali Amprong dibendung untuk mencegah erosi karena derasnya.
Sambil istirahat, kami lihat seorang lelaki sedang menjala ikan di depan bendungan yang sangat deras alirannya. Lebih dari dua puluh menit atau beberapa kali lemparan jals tak seekor ikan pun yang tertangkap.
Namun wajahnya tak menunjukkan kekecewaan justru malah ia tersenyum. Ia memang bukan pencari ikan untuk mencari nafkah selain mengisi waktu untuk menghibur diri. "Sekedar untuk bersenang-senang Mas daripada bosen di rumah tak ada pekerjaan," katanya kala kuajak bicara.
Di bagian atas bendungan Kali Amprong, arus sungai yang tak terlalu deras apalagi di bagian anak sungai tampak seseorang sedang berkubang membawa jaring kecil sedang mencari cacing sutra untuk pakan ikan hias. Keruh dan kotornya air tak dipedulikan. Terpenting baginya air sungai bisa memberi nafkah sebesar apapun untuk tetap mengepulkan asap dapur di tengah sulitnya perekonomian.
Sungai di negeri ini memang tak pernah jernih karena erosi di daerah udik atau juga karena polusi. Tetapi sungai tetaplah memberi kesegaran bagi sebagian masyarakat apa pun bentuknya.
Maka marilah menjaga sungai apa pun cara dan bentuknya.
#Oleh-oleh gowes hari Kamis, 24 Februari 2021