Desa Bumiaji sesuai dengan namanya bumi artinya tempat tinggal manusia dan aji artinya sangat berharga adalah sebuah desa yang gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja. Sebuah desa yang menjadi idaman setiap orang untuk bertempat tinggal atau setidaknya bekerja di sana.
Salah satunya adalah seorang wanita cantik, manis, seksi, pandai, pintar, murah senyum, lincah, rajin, dan supel serta pandai bergaul. Nama panggilannya Maya. Karena sikap dan sifatnya di atas membuat banyak warga desa kesengsem tapi banyak juga yang cemburu dan takut. Kaum wanita cemburu dan takut pasangannya tergoda dan selingkuh dengan Maya.
Kehadiran Maya memang membuat banyak perubahan tingkah laku warga Desa Bumiaji yang dulu tenang sekarang sedikit berisik bahkan kadang membuat geger.
Lho kenapa kok membuat geger? Sebab Maya sering mengundang dan mengajak orang-orang lain yang bukan warga desa itu. Mulai dari anak ingusan, remaja, para janda atau duda, artis dangdut koplo dan pemain jaran kepang hingga pemain ludruk. Dari aparat desa hingga anggota linmas. Dari penjual bakso hingga satpam pabrik permen pinggir desa. Bahkan preman dan pemuka agama. Miris kan?
Hebatnya, ada sebagian orang yang tak begitu tertarik dengan Maya. Mereka adalah kaum lansia yang sering kumpul di rumah Mbah Nyoto sesepuh desa.
Mereka berkumpul di rumah Mbah Nyoto bukan sekedar untuk omong kosong tetapi juga mengenang indahnya masa lalu saat mereka main ludruk dan karawitan dengan sinden berias sederhana. Karawitan sekarang ditinggal kaum muda yang lebih suka dangdut koplo gaya joget pantura yang sering dilakukan Maya.
Maya memang cantik, kenes, dan semlohe. Tapi Mbah Nyoto tetaplah dihargai sebab Mbah Nyoto sebagai sesepuh lebih bijak dalam memberi pesan dan wejangan arti hidup.
Hidup di dunia nyata memang lebih indah daripada dunia maya yang sering penuh angan belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H