Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Ternyata Ada Pencuri Tanaman

Diperbarui: 14 Desember 2020   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi.

Menanam pepohonan dan bunga di halaman rumah, kantor, dan sekolah memang bukan sekedar menghijaukan dan memperindah tetapi juga menyegarkan karena dengan banyaknya tanaman tentu akan menghasilkan oksigen yang sangat diperlukan manusia. Selain itu kala kelelahan atau jenuh di dalam ruangan kita bisa beristirahat sambil mencuci mata agar segar kembali penglihatan kita dengan memandang aneka tanaman.

Menghijaukan halaman memang mudah sekali pun beayanya cukup mahal, tetapi menjaga tanaman juga gampang-gampang susah. Perawatan sekenanya akan dimakan hama. Serangan hama berupa gulma dan serangga bisa dibasmi dengan herbisida dan pestisida. Jika hama berupa manusia ini yang paling susah. Himbauan dengan memasang papan bertuliskan "Jangan Memetik Bunga" tidaklah cukup ampuh. Sebab tangan jahil bukan hanya memetik bunga tetapi mencuri tanaman bahkan dengan sekalian mengangkat dengan potnya. Apalagi cuma anggrek. Hlo apa ada orang mencuri tanaman?

Mencuri tanaman atau pohon bukan hanya di hutan yang dulu dikenal dengan istilah ilegal logging yang dilakukan pengusaha atau masyarakat yang mencuri kayu di hutan milik negara. Di pedesaan pun ada pencurian bibit sengon, padi dan tanaman pertanian yang akan dipanen.

Demikian juga di kota ada pencurian tanaman. Sekolah kami pernah kehilangan beberapa tanaman penghias dan potnya yang ditempatkan di depan pagar halaman sekolah. Padahal potnya setinggi hampir satu meter dengan lebar sekitar 75cm. Tentu sangat berat jika ada tanah dan tanamannya.
Ternyata yang kehilangan bukan hanya sekolah kami tetapi juga milik sebuah kantor dan bank yang berdekatan. Termasuk milik pemerintah kota yang ditaruh di pinggir trotoar.

Pagi ini, penulis jalan-jalan ke UM dulu IKIP Malang. Ketika berhenti di sebuah taman ada sebuah papan peringatan seperti ini:

Dokumen pribadi.

Dokumen pribadi.

Dokumen pribadi.

Dokumen pribadi.

Rupanya, taman fakultas ini pernah bahkan sering juga kehilangan tanaman penghias sehingga ada peringatan seperti di atas.

Anehnya, penulis juga melihat beberapa tanaman pakis sejenis paku-pakuan yang hanya hidup di belantara hutan hujan dan belum pernah melihat adanya budidaya tanaman ini.  Sebuah pertanyaan pun timbul dari mana pengusaha tanaman bunga yang dipercaya mengelola taman di sebuah fakultas di Universitas Negeri Malang ini?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline