Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Jangan Malu Bawa Bekal atau Makan di Warung K5

Diperbarui: 5 November 2020   19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah rest area TOL di Madiun. Dokpri

Jangan Malu Bawa Bekal atau Makan di Warung K5

Perjalanan jauh dalam arti sampai luar pulau atau luar negeri bagi saya memang tak pernah alami, maklum hanya guru SD dan petani. Wisata paling jauh bersama siswa cuma Jogja dan Jawa Tengah atau Bali dan Lombok sehingga jika mendapat konsumsi di perjalanan hampir tak pernah tahu harganya. 

Hanya selintingan mendengar jika harga tak sesuai dengan rasa dan menu yang disajikan alias sangat mahal. Tapi ketika berniat membeli oleh-oleh di mana pun tempat wisata baru terasa betapa mahalnya harga jajanan dan oleh-oleh.

Beda lagi jika harus ke Jawa Tengah dan Jogja atau ke Bali untuk keperluan keluarga lalu di saat istirahat di rest area entah di jalan TOL atau pun jalan negera kemudian membeli makanan dan minuman akan merasakan betapa mahal sekali harganya. Bisa tiga kali lipat. Apalagi jika membeli di warung atau rumah makan biasa sekali pun ada daftar harganya tetapi isi kadang berbeda. Kecuali di rumah makan waralaba yang harga dan ukurannya standar, misalnya harga sebuah pizza dengan merek tertentu.

Warung masakan Padang yang unik. Dokpri

Warung K5 pinggir hutan Bantul. Dokpri

Cuma seratus ribu di Pantai Depok, Bantul. Dokpri

Segelas dawet hanya 4 ribu di Pajangan, Bantul. Dokpri

Bekal dari rumah di makan sambil nyetir. Dokpri

Menghindari kekecewaan setelah membeli karena harga dan rasa tak sesuai terutama saat melewati jalan TOL atau di restorasi KA, maka sebaiknya membawa bekal sendiri apa pun bentuknya. Bisa roti dan minuman yang dibeli warung dekat rumah, atau memasak sendiri dan disantap saat istirahat di rest area atau dalam perjalanan dengan kereta api. Tak perlu malu, toh banyak juga yang melakukan hal ini. Kecuali jika ingin merasakan suasana yang berbeda dan ada uang untuk itu.   

Untuk perjalanan melewati jalan non TOL justru paling mudah untuk mendapat makanan dengan harga murah, tentu saja sekali lagi jika bukan di wilayah rest area. 

Misalnya warung lesehan, rumah makan masakan Padang, atau bahkan warung K5. Ada harga ada rupa ada rasa. Betul. Tapi tak selalu warung K5 dan lesehan yang harganya murah  rasanya tak enak. Bahkan dengan rumah makan kelas menengah pun tak kalah. Hanya saja penyajian dan tempatnya berbeda. Di sinilah ada suasana dengan sensasi unik yang tak mungkin kita rasakan saat menikmati makanan di restoran atau warung waralaba di pertokoan.

Beli di warung, santap pinggir sawah. Dokpri

Sebungkus gado-gado 7 ribu. Dokpri

Pisangku gedhe. Dokpri

Murah meriah di K5. Dokpri

4 ribu tambah telor jadi 6 ribu. Dokpri

Hal ini juga dirasakan penulis dalam perjalanan bergowesria hampir tiap hari, melewati tengah persawahan, pinggiran hutan dan sungai atau pedesaan yang tak mungkin menemukan rumah makan bahkan warung sekali pun, maka membawa bekal sendiri adalah wajib daripada kelaparan. 

Jika tak sempat memasak maka membeli di warung dekat desa lalu disantap saat istirahat. Atau cukup membawa buah atau kue basah untuk disantap di pinggir sawah dan pada saat perjalanan pulang dalam keadaan lapar barulah membeli makan di warung K5 di pedesaan. Nikmat? Tentu saja.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline