Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Penunggang-penunggang Kuda di Kaldera Bromo

Diperbarui: 30 Oktober 2020   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Mendung tipis bercampur debu pasir vulkanik yang menyembur dari kawah Bromo masih menyatu dengan iringan hembusan angin lembut dari arah selatan masih saja menyelimuti kawan seluruh wilayah kaldera Bromo. Sengatan bau belerang yang keluar dari perut bumi melalui kawah Bromo terasa menyesakkan apalagi debu-debu lautan pasir kaldera kadang menerjang wajah-wajah kami. 

Sepoinya angin yang cukup menyegarkan raga seakan tiada guna walau udara gerah sore hari mulai luruh karena sinar mentari telah tertahan mendung yang mulai datang mengusir kemarau. Hujan yang tak terlalu deras beberapa hari ini masih saja belum memampatkan pasir yang kami lalui.

Libur yang cukup panjang di masa pandemi ini belum serta merta membawa para wisatawan untuk menghabiskan waktu menikmati pesona tahta para dewata di puncak Bromo. Harapan mengais sedikit lembaran merah uang seratus ribuan dalam sehari hanya menjadi angan para pemilik kuda sewaan yang akan menghantar para wisatawan dari Pura Poten di timur Gunung Batok menuju bawah tangga ke puncak kawah Gunung Bromo.

"Pulang saja....," seru salah satu pemilik kuda sambil naik kudanya. Tanpa mengiyakan, beberapa pemilik kuda langsung naik tunggangannya.

"Foto ya Mbah...," teriak Mas Parno salah satu penunggang kuda dari Cemoro Lawang yang hanya berjarak sekitar 2km dari Gunung Batok.

Dokumen pribadi

Dokumen pribadi

Dokumen pribadi

Saya pun langsung naik kuda besi tunggangan saya dan memacu sedikit lebih cepat untuk mencari tempat yang luas dan lapang agar dapat mengambil sudut jepretan yang tepat. 

Hanya dua ratus meter memacu saya pun turun dari kuda besi dan menembak mereka dengan smartphone kelas ekonomi. Seolah mereka tahu apa yang harus dilakukan sebagai seorang bintang film western atau koboi tapi tanpa pistol mereka berjajar membentuk formasi yang cukup menarik. Kemudian dua orang sebelah kiri memacu sedikit cepat seakan sedang mengejar sesuatu. Demikian juga di sisi kanan tiga orang penunggang kuda menyusul memacu kudanya lebih dahulu dari yang lain.

Masyarakat suku Tengger dengan kudanya pada masa lalu adalah pemandangan biasa karena kuda sangat berperan untuk mencari rumput untuk pakan ternaknya, untuk mengangkut hasil bumi yang akan dijual ke pasar atau lain desa, untuk mencari dan mengangkut kayu bakar, dan untuk seni tradisional Jaran Kencak.

Kini, kuda lebih banyak digunakan sebagai sarana mencari nafkah untuk disewakan pada wisatawan dan kadang untuk seni tari Jaran Kencak. Sedang untuk mencari rumput dan kayu bakar lebih banyak menggunakan sepeda motor atau kuda besi.

Maka pemandangan para pemuda suku Tengger menunggang kuda dan memacu secara bersama-sama apalagi membentuk formasi tertentu sudah cukup langka.

Dokumen pribadi

Dokumen pribadi

Dokumen pribadi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline