Pak Joko Widodo (Jokowi) sebagai seorang tokoh, sejak mencalonkan diri sebagai calon DKI1 dan kemudian menduduki kursi DKI1 lalu mencalonkan diri sebagai calon R1 lalu menduduki kursi R1 bahkan untuk kedua kalinya, memang menarik perhatian siapa pun.
Para penyuka dan pendukung selalu mencari dan menunjukkan sisi baiknya. Para petidaksuka dan penolak berusaha mencari sisi buruk yang siap dilontarkan dengan bumbu penyedap dan cabai yang banyak sehingga mereka yang menyantapnya bisa megap-megap.
*) Bersama pemimpin manca negara.
* Kala doa dan sholat.
Penulis pun tertarik untuk melihat dan mengamati Jokowi bukan sekedar dari ketokohannya serta karir politiknya tetapi lewat bahasa tubuh Beliau selama hampir 7 tahun atau sejak Beliau menjabat sebagai gubernur DKI.
Awal mula penulis menganggap Beliau hanya seorang olahragawan melihat tubuhnya yang atletis sekali pun mungkin juga ada faktor keturunan. Tetapi melihat cara berdiri, berjalan, duduk, dan bersimpuh tulang punggung dan tulang leher serta kepalanya selalu lurus termasuk saat membungkuk menunjukkan Beliau adalah seorang yogis atau pelaku yoga.
Posisi demikian seperti kala seorang yogis duduk bersila dalam posisi padmasana di mana tulung punggung, leher, dan kepala selalu lurus. Jika seseorang bisa melakukan hal ini sebagai kebiasaan maka keselarasan antara tubuh dan rohani terjaga dan mempunyai sikap tenang dalam menghadapi permasalahan untuk diselesaikan dengan bijaksana.
Demikian juga melihat tatapan mata dan senyumnya saat bicara sekali pun dengan sedikit rasa kecewa namun tak ada sinar kemarahan apalagi dendam. Sebuah bahasa tubuh seorang yogis tulen.
* Saat di lapangan.
* Saat bertemu dengan masyarakat.
* Saat di istana negara.