Dalam sebuah acara Blogshop yang diadakan Kompasiana pada 2011 silam, salah satu pembicara, saya lupa namanya, mengatakan dalam waktu singkat ke depan hampir pasti suratkabar konvensional, buku cetak, dan ensiklopedi akan rontok diganti gawai.
Sang pembicara ini langsung menunjukkan gawainya tipe N yang cukup mumpuni saat itu dan mengatakan dalam hitungan menit ia bisa menulis berita atau sebuah opini yang diminta redaksi. Luar biasa, pikir saya saat itu. Tapi bagaimana susahnya untuk mendapat gawai yang masih mahal untuk ukuran saat itu.
Tahun 2012, saya mendapat hadiah sebuah gawai S Junior dari Kompasiana karena memenangkan salah satu lomba menulis tentang Cincinapi (Ring of Fire).
Sejak saat itulah saya mulai belajar menangkap berita dan menulis berita lalu memposting dengan gawai. Walau pernah ngambek gegara 5 kali menghabiskan pulsa data 100 ribu gegara lupa mengubah dari pulsa biasa ke pulsa data.
Menangkap berita.
Istilah menangkap berita saya gunakan karena lewat gawai saya berusaha menangkap setiap peristiwa yang terjadi di hadapan saya tanpa suatu kesengajaan lalu foto dan tulis sesuai dengan imajinasi namun sesuai dengan keadaan sebenarnya. Ketidaksengajaan ini karena saya menjumpai peristiwa ini saat sedang menjalankan tugas ke luar.
Memang banyak juga tulisan tentang peristiwa budaya terencana yang tulis sebagai sebuah berita dan opini. Seperti upacara dan ritual masyarakat Suku Tengger di wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Tentu saja foto-foto yang saya sajikan lebih banyak bertema streetphotographi, human interest dan foto jurnalistik sekali pun kadang ada tema landscape, potret, dan foto makanan. Hasilnya memang cukup menggembirakan sebab hampir 40% foto dan tulisan saya menggunakan gawai.
Memoto suatu peristiwa apalagi ada subyek menarik dari seorang tokoh entah pejabat, aparat, atau pelaku demonstran bukanlah hal yang gampang. Etika tetap harus dijalankan agar mereka tak merasa terganggu privasinya. Pernah dua kali dikepung aparat keamanan lalu sedikit diinterogasi dan ditanya nomer kontak person, alamat, dan pekerjaan.
Setelah mereka mencatat dan tahu tentang saya sebagai pensiunan guru, petani, dan pemerhati budaya ternyata mereka malah respek positif. Kecuali beberapa orang demonstran yang pernah saya sebut sebagai PNB merasa kurang senang. Namun setiap kali mereka demonstrasi dan tahu ada saya mereka jadi agak lunak.
Menangkap sebuah subyek untuk dijadikan sebuah berita dan opini perlulah kejelian. Hal yang tampaknya sepele dan sering diabaikan justru sangat menarik.