Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

[Wayang Kontemporer] Jangan Remehkan Perempuan

Diperbarui: 18 Juli 2020   23:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa berani, heh? Dokpri

Perkelahian antara kakak beradik Kurawa yakni Suyudana dan Dursasono sungguh memalukan dan harus berakhir tragis. Bukan hanya menyebabkan keduanya menjadi babak belur dan harus dikarantina di sebuah rumah sakit dengan penjagaan berlapis untuk menghindari penyusupan pihak Pandawa seperti yang disanyalir telah merasuk ke pikiran Banowati. 

Lebih dari itu, pihak penguasa tak mau Suyudana dan Dursasono terinfeksi virus Covid-19 mengingat rumah sakit Ngastina nilai akreditasinya masih jauh di bawah rumah sakit yang ada di wilayah Ngamarta. 

Dan, yang paling menyesakkan Banowati akan merasakan tahanan keputren yang dilakukan pihak keamanan setelah mendapat info dari Bala Intelijen Ngamarta atau BINg yang merupakan pasukan telik sandhi Ngamarta di bawah pimpinan Sengkuni.

Sengkuni merayu Durna Sumber gambar: Wikipedia

Paseban Ngamarta

Pagi ini, di paseban hanya ada Pandita Durna, Sengkuni, Citraksa, dan Citraksi yang duduk tak banyak bicara selain termenung memikirkan Ngamarta yang makin ruwet. 

Dalam keruwetan pikiran masing-masing karena merasa dirinya paling pandai, datanglah Banowati sendirian yang membuat Durna dan Sengkuni cukup terkejut padahal mereka telah memberitahu Pasukan Pengaman Keputren atau Paspamtren untuk mencegah Banowati keluar. Begitu berada di kursi sebelah singgasana Suyudana yang kosong, Banowati langsung duduk. 

Mata  liar tajam dan senyum cibiran Sengkuni diabaikannya. Dan ia pun bicara lantang pada Pendeta Durna,"Paman Durna, apa maksud Sengkuni melarang aku sebagai istrinya dan saudara-saudara Kurawa mengunjungi Kakang Suyudana?"

"Banowati, kurasa ini demi keselamatan kita semua jangan sampai ada yang terpapar Covid-19."

"Paman...betapa bodohnya dirimu sebagai sesepuh Kurawa beranggapan seperti itu. Adakah data bahwa di Ngastina terjadi pandemi Covid-19?" Kata Banowati lantang.

Mendengar ucapan Banowati yang menohok ulu hati Pendeta Durna yang amat dihormati Pandawa dan Kurawa, membuat telinga Sengkuni merah seperti tersulut suluh obor penerang paseban.

"Jaga mulutmu Banowati! Dia bukan sekedar paman kita tetapi sesepuh Pandawa dan Kurawa. Hormati Beliau..." Kata Sengkuni tak kalah garang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline