Mendengar ucapan Srikandi yang lagi kedanan Arjuno, para satria Amarta yakni Yudhistira, Wrekudoro, Nakula-Sadewa langsung meninggalkan paseban. Hanya Sri Kresna yang masih duduk di hadapan Arjuno yang terdiam antara senang dan galau.
Senang karena Dewi Wara Sembadra istrinya pertama tak menolak jika Srikandi menikah dengannya. Suka juga, karena pasukan Pandawa dapat tambahan pasukan utama yang tangguh.
Galau karena Srikandi terlalu ceplas-ceplos di paseban padahal Sri Kresna kakak Sembadra sedang berada di situ. Sehingga Sri Kresna sedikit geram merasa dirinya diabaikan.
"Aku ga tahu mau ngomong apa tentang perkawinanmu ini...," kata Sri Kresna pada Arjuno yang tertunduk malu.
"Hla kalau begitu tak usah dibicarakan." Arjuno berkelit.
"Haladalaaah....apa gak kasihan dengan Sembadra yang setia menunggu di rumah selama kamu pergi mempersiapkan diri Baratayudha?"
"Hlo ini juga atas kemauan Sembadra daripada kita yang membunuh Eyang Bisma sesepuh kami sendiri. Lebih baik Srikandi yang melakukan sambil balas dendam!" Arjuno menambah alasan sambil melirik Srikandi.
"Tapi apa harus dengan mengawininya? Apa kata orang...." Ucap Sri Kresna berusaha menolak perkawinan Arjuno-Srikandi.
Merasa calon suaminya dipojokkan oleh kakak iparnya sendiri, Srikandi pun menyaut, "Begini Pakde Kresna, kalau saya runtang-runtung dengan Mas Arjuno tanpa ikatan perkawinan apa tidak jadi bahan gosip?"
"Gosip itu selalu ada. Ga perlu didengarkan. Jangan dengarkan kata orang.... Tuku jagung ning Kali Pare. Aja percaya tembung jare."
"Nah...maka dari itu biarkan kami kawin. Jangan dengarkan kata orang!" Sanggah Srikandi.