Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Patung Buntung Sang Dukun

Diperbarui: 3 Juli 2020   16:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Siapa sih yang tidak kenal dengan salah satu dukun ini atau paling tidak, pernah tahu atau sekedar mendengarnya. Apalagi di jagat maya yang sedang pembaca baca ini.

Hari ini, Jumat Kliwon yang bagi sebagian masyarakat Jawa dikeramatkan karena dianggap di mana para lelembut bergentayangan. Entah mengapa para lelembut kok memilih Jumat Kliwon. Herannya, sang dukun ini sebenarnya bukan penganut Jumat Kliwon tetapi  lebih mensakralkan Jumat Legi namun kali ini rupanya sang dukun punya hajat lain.

Pagi tadi dia mengantar istrinya berbelanja ke pasar untuk sekedar membeli sesisir pisang raja ayu, pisang yang biasa dipakai untuk sesajen. Sepulang dari pasar, dia minta sepotong mawar kampung di tetangganya. Di tetangga satunya ia juga minta tiga potong bunga kenanga.

"Untuk sesaji." Jawabnya ketika salah satu tetangga yang punya bunga kenanga bertanya kok tumben minta bunga.

Mendengar jawaban jujur sang dukun, tak pelak si tetangga melarangnya. Berhubung tak diperbolehkan maka mawar yang terlanjur dipetik pun tak jadi dipakai. Sebab jika tidak lengkap maka sesaji tidak akan berguna. Padahal sang dukun terlanjur menyiapkan sesisir pisang raja ayu, dan prapen lengkap dengan menyannya.  

Terlanjur akan membuat sesaji di depan patung buntung di salah satu sudut halaman rumahnya, maka pisang raja ayu, prapen dan kemenyan ditaruh di depan patung buntung. Bahkan di dekatnya ditaruh pula lumpang batu sebagai lingga lambang kesuburan wanita. Hanya saja tidak dipasang alu atau lambang yoni sebagai kesuburan pria.

Belum lengkap. Dokumen pribadi

0 0 0

Sang tetangga yang tak mau memberi bunga kenanga tadi rupanya langsung kirim WA kepada tetangga lain bahwa sang dukun mau beraksi. Hebohlah group WA dasa wisma dan PKK. Tak pelak beberapa ibu yang penasaran langsung wira-wiri lewat di depan rumah sang dukun  seolah-olah mau berkunjung ke rumah tetangga yang lain. Kala melewati rumah sang dukun sambil melirik sesaji yang ada di depan patung buntung. Sang dukun yang ndableg ini cuek bebek.

Karena belum ada bunga mawar dan kenanga untuk sesaji, sang dukun dan istrinya pergi ke ladangnya yang berjarak sekitar 7 km dari rumahnya. Tak perlu waktu lama selesai memetik langsung pulang untuk melengkapi sesaji sebelum hari berganti pada jam tiga sore.

Alangkah kagetnya, ketika sampai di depan rumah ada lima orang ibu-ibu duduk berbincang di gandok rumah sang dukun.

"Mbah pisang raja ayunya kok tidak lengkap?" tanya seorang ibu sambil menunjuk ke arah sesaji dengan salah satu pisang telah terpetik. Di sebelahnya ada kupasan kulit pisang yang baru saja dimakan. Sang dukun sedikit termangu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline