Siapa pun jika mendapat hadiah selalu merasa senang. Apalagi jika hadiah itu dari seseorang tercinta. Wah rasanya bisa selangit.
Nah, jika ada kabar akan mendapat hadiah besar dari sebuah perusahaan namun dengan embel-embel syarat dan ketentuan berlaku harus mikir seribu kali untuk menerimanya. Apalagi jika hadiah tersebut berupa voucher atau e-voucher.
Saya pernah mendapat voucher seharga 500 ribu dari sebuah gerai nasional dengan syarat harus membeli produk mereka seharga 2 juta, sedang produk yang dijual bukan barang yang kami butuhkan dan tidak bermutu. Akhirnya voucher masuk kotak sampah.
Pernah juga dapat voucher dari sebuah dealer mobil seharga satu juta jika mau ganti oli dengan merk tertentu serta tune up mobil pada satu hari tertentu. Karena mobil belum waktunya ganti oli dan tune up dan voucher hanya bisa saya gunakan atau tak bisa digunakan orang lain akhirnya voucher masuk keranjang sampah juga.
Lima hari yang lalu, saya buka email atau surel dari Kompas mendapat e-voucher potongan harga sebesar 55% yang hanya bisa digunakan di gerai Kompas.id. Senang sekali tapi juga jengkel setengah mati.
Hla wong hanya bisa digunakan dalam rentang waktu selama dua hari saja yakni pada 26-28 Juni 2020 saja. Padahal menggunakan Indosat di desa kami betul-betul amat sangat lemah sekali alias blek sek tak bisa dipakai. Pernah komplain tapi hanya dijawab 'ya keluhan anda kami perhatikan.'
Lima hari yang lalu pula dapat juga surel yang memberitahu bahwa saya dapat potongan harga lumayan jika membeli dengan My Value di Gramedia. Sehubungan harus berada di lereng gunung akhirnya voucher ini hanya bisa saya gunakan pada hari terakhir.
Seharian berada di ladang maka jam 4 sore kemarin saya turun gunung langsung ke Gramedia Malang. Setelah berbicara dan dicek karyawan ternyata voucher ini ada kuotanya. Dan di depan kasir, ketika e-voucher di My Value saya buka tertulis 'promo sudah ditutup'! Jengkel! Sudah pasti.
Di salah satu stand lantai satu TB Gramedia Malang saya istirahat sambil menyampaikan sedikit kejengkelan pada seorang karyawati manis yang mau mendengarkan. Ah, sudah simbah bicara dengan gadis cantik itu ga pantas. Saya pun keluar segera mau pulang.
Di depan TB Gramedia kubuka lagi surel dari Editor Kompas.com dan isinya membuat orang jengkel makin jengkel. Hlo kok bisa? Silakan baca pada paragraf pertama yang saya tangkap layar di foto bawah ini.
Jangan ikut jengkel ya....tapi jangan ditertawakan. Inilah nasib orang tinggal di desa apalagi gaptek. Bahkan K-reward Go-pay dan Linkaja yang dapat dari Kompasiana ga pernah tersentuh lha wong password nya saja lupa. Maklum di desa gak ada Go-pay dan semacamnya. Nasib....nasib....