Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Bisnis Ubi Jalar yang Menantang dan Menjanjikan

Diperbarui: 4 Juni 2020   08:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Tulisan ini sebenarnya sudah siap posting sekitar 4 tahun lalu, hanya saja menunggu waktu yang tepat di mana banyak penulis pertanian berbagi pengalaman. Kebetulan selama beberapa hari ini tulisan pertanian sedikit mendapat perhatian para penulis dan pembaca serta ada tulisan Mas Zahwan Zaki dengan judul "Bisakah Kaya dari Berkebun Ubi Jalar?" Sebuah tulisan yang berusaha mengangkat dan menantang para petani untuk menanam ubi jalar.

Dalam tulisan tersebut, Mas Zahwan Zaki sudah cukup detail membeberkan bagaimana cara dan perhitungan bertani atau bercocoktanam ubi jalar. Maka tulisan tanggapan saya sebagai pelengkap atau menambahi sedikit bahwa bertani ubi jalar sangat menguntungkan sekali pun selama ini banyak berpendapat bahwa ubi jalar hanya digunakan sebagai bahan makanan atau cemilan tradisional yang mulai ditinggalkan.

Seperti tela goreng dan pilus atau semacam gethuk yang terbuat dari ubi jalar serta keripik tela. Serta ada juga yang menggunakan ketela  rambat atau ubi jalar sebagai pakan ternak utamanya babi. Apalagi harganya cukup rendah hanya sekitar Rp 3.500-4.000 perkg.

Ditambah lagi pada tahun 2018 berdasarkan catatan BPS produksi ubi jalar mengalami surplus. Sehingga orang sedikit melirik akan komoditas ini kuatir tidak laku. Namun sebenarnya permintaan ekspor juga mengalami kenaikan.

Hanya saja data dari Kementerian Pertanian dan BPS tiga tahun terakhir sulit didapat, namun saya yakin berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis yang pernah menjadi pengepul bahwa menanam ubi jalar masih merupakan tantangan yang menarik dan menjanjikan. Pengalaman penulis sebagai pengepul ubi jalar ini dikirim ke pedagang besar di Semarang untuk sebuah pabrik. Entah produsen pati termodifikasi atau pabrik saus dan sambel yang terkenal itu.

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Berdasarkan  sumber ini ternyata kebutuhan pati termodifikasi dan pengental nabati yang terbuat dari ubi jalar antara kebutuhan dan produksi masih cukup timpang. Artinya pengolahan ubi jalar menjadi pati termodifikasi belum memenuhi kebutuhan dalam negeri karena selama ini produksi pati masih bersifat industri kecil atau industri rumah tangga. Jika produksi bisa ditingkatkan secara modern tentu ubi jalar tak perlu diekspor untuk diolah menjadi pati termodifikasi lalu diimpor lagi ke negeri kita untuk bahan tambahan pembuatan saus, sambel, permen, dan makanan lainnya.

Semoga tertarik bercocoktanam dan bisnis ubi jalar dan bisa kaya atau paling tidak hidup sejahtera.

Dokpri

[Sumber]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline