Setelah hampir seminggu ini, sebagian wilayah Malang diguyur hujan lebat, pada hari ini sejak pagi hingga senja bahkan mala mini langit begitu cerah dan segar. Gumpalan mendung kelabu hanya sepintas melewati langit langsung pergi meninggalkan angkasa tanpa jejak.
Jam 4 sore tadi saya pun berangkat ke sawah dengan gowes sendirian, sekedar menengok hamparan sawah yang menguning dan harus tertunda dua hari untuk panen karena lebaran. Sebagian memang masih sekitar dua minggu lagi untuk siap panen.
Seperti biasa, kala sore sawah sudah sepi dari kegiatan petani selain satu dua orang yang enggan pulang karena harus menutup parit yang mengalirkan airnya ke sawah mereka yang siap panen. Agar kelak saat panen tidak terlalu becek bagi para buruh tani yang harus menyabit atau memotong.
Sepi. Tak ada kicau burung yang sudah kembali ke sarangnya. Hembusan angin pun hampir tak terasa seperti suasana menjelang lebaran yang cukup sepi daripada lebaran tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian mentari yang memancarkan sinar jingga di sandya kala (kala senja) seakan menggambarkan betapa bulan Ramadhan telah berakhir dalam suasana yang menggembirakan. Serangan pandemi Covid-19 yang mengharubirukan sendi ekonomi masyarakat seakan sirna dalam suasana syahdu ini.
Kulihat padi-padi muda dan tua menunduk merendahkan diri dan hati pada alam semesta seperti para insan yang terpekur dalam keheningan batin dan khusyuk doa serta harapan menyambut Idul Fitri dengan menunduk merunduk di hadapan Sang Ilahi, Allas Swt.
Beberapa rumpun padi tampak terkapar jatuh terjerembab karena angin malam yang membuat mereka lemah dan lunglai seperti mereka yang terpapar Covid-19 atau dampak dari pandemi ini. Syukurlah, walau rumpun-rumpun padi ini harus rebah namun tetap tampak segar dengan bulir-bulir padi subur yang tetap siap panen. Seperti mereka dan para petani yang tabah menghadapi peristiwa ini.
17.20 sandyakala mulai terasa kala mentari mulai menuju pembaringan dari balik rerumpunan bambu di barat hamparan sawah. Seekor burung malam melintas cepat yang menyuruhku segera pulang walau sinar jingganya ufuk barat masih indah mempesona.
Kala sepeda kukayuh di kejauhan terdengar suara adzan mulai berkumandang di antara heningnya senja di hamparan sawah di akhir bulan Ramadhan yang cerah.
Secerah mereka yang kali ini harus merayakan Idul Fitri dalam suasana yang berbeda namun tetap berharap dengan doa bahwa semua akan berakhir segera dalam suasana yang bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H