Ada yang sangat mengejutkan ketika Mas Bejo, kepala dukuh Karang Jepun dan Pak Untung, Carik Desa Karang Jati menghadiri rapat persiapan pameran hasil pembangunan seluruh desa di wilayang Karang Bulak yang akan diadakan di alun-alun pusat kota pada tahun depan.
Kehadiran Mbak Sri istri Pak Bagus yang pergi tanpa pesan ternyata kali ini menjadi ketua panitia atas penunjukan oleh pemerintah daerah dengan alasan agar aparat desa hingga kota tak perlu repot dan tetap menjalankan tugas melayani masyarakat.
Bukan hanya kehadiran Mbak Sri saja yang mengejutkan, tetapi juga ada Erni, janda muda yang minta surat keterangan untuk pindah sementara dan Minul yang punya hobi menyanyi ikut serta jadi bagian dari panitia pameran.
"Saya diajak jadi salah satu anggota EOnya Mbak Sri...," kata Erni pada Mas Bejo saat istirahat makan siang.
"Apa itu EO?" tanya Mas Bejo yang memang tak mengerti isitilah anak muda kota.
"Panitia yang ngatur-ngatur kegiatan seperti ini. Enak lho...bayarannya lumayan daripada ikut derep (panen padi) sama Emak....," saut Erni dengan guyon.
"Terpenting kamu senang dan bahagia...," kata Mas Bejo sambil mengingatkan agar Erni tak salah pilih lagi seperti kala menikah dengan Cak Gandrik yang mengaku sebagai pemborong ternyata tukang tadah motor curian sehingga harus terkapar didor aparat hingga terbaring selamanya di tempat peristirahatan kekal.
"Kalau kamu Nul jadi apa?" tanya Pak Carik.
"Biasa Pak...tetap jadi penyanyi elekton tunggal," jawab Minul sambil mengedipkan mata pada Pak Untung, si carik yang sudah lama menduda. Kalau bukan di acara resmi Si Minul akan dicubit lengannya oleh Pak Untung yang kelihatan begitu gemes.
"Masih nembang campursari dan dangdut to?" tanya Pak Carik.
"Iya, tapi sekarang juga diajari nyanyi lagu-lagu lawas termasuk barat," jawab Minul dengan senyum yang menunjukkan kebanggaan.