Sejak dulu, jika sakit saya selalu enggan ke dokter, penyembuhan alami dengan istirahat dan 'merasakan' sebagai sesuatu yang harus dihadapi lebih banyak bisa menyembuhkan daripada minum obat. Terkecuali sakit gigi dan harus dicabut. Terakhir berkunjung ke dokter umum dan jantung sekitar 3 tahun lalu hanya karena untuk memenuhi prosedur dinas terkait kenaikan jabatan.
Sekitar dua minggu yang lalu, saya mengunjungi sebuah poliklinik untuk menemui seorang dokter tapi bukan untuk konsultasi atau memeriksa kesehatan. Hanya ingin berbincang dan memberitahu bahwa salah satu pensiunan perawat yang pernah bekerja dengan dokter tersebut tiga minggu yang lalu telah dipanggil Allah Yang Maha Kasih.
Dokter tersebut sebelumnya direktur utama sebuah rumah sakit Katolik namun setelah pensiun kini membuka poliklinik sebagai wujud kepedulian pada masyarakat. Demikian juga perawat yang meninggal dunia sebelumnya telah bekerja di rumah sakit tersebut selama 37 tahun. Dokter dan perawat tersebut sama-sama teman dalam aktifitas kegerejaan dengan saya.
Lama tak bertemu dengan dokter yang sudah tua membuat saya ragu menemui di rumahnya. Kuatir beliau lupa. Sepulang gowes harian pada Senin pagi, saya putuskan menemuinya.
Betapa kagetnya ketika masuk ke ruang pemeriksaan, seorang wanita petugas poliklinik menerima saya dengan sopan dan suara yang lemah lembut dan senyuman manis lalu bertanya, "Sakit apa Mbah...."
Tubuh saya yang sehat-sehat saja langsung seperti lunglai dan lutut bergetar, padahal pagi hari ini cuma gowes sejauh 26 km saja. Tenggorokan pun seperti tercekik kehausan padahal ketika akan masuk ke poliklinik separuh botol jus tomat kusikat habis.
"Hlo...kok diam saja to Mbah..." lanjut petugas ini dengan tersenyum.
"Ah cuma periksa rutin saja. Biasanya saya kuat gowes 80 km akhir-akhir ini paling banter cuma 45 km saja....," jawabku sedikit gemetar dan salah omong. Mau menemui dokter kok jadi mau periksa. Tak apalah keliru sedikit.
Setelah berbincang sebentar dengan dokter, saya pun diperiksa tekanan darah. Kali ini hasilnya sungguh di luar dugaan. Tekanan darah yang tak pernah lebih dari 120/80 kini menjadi 130/80! Serangan jantung? Ya, karena ndredheg.😊 Bagaimana tidak ndredheg alias kaget sang perawat ini ternyata seorang Kompasianer peraih People's Choice Award dan Best Fictioner Award 2017. Ganti profesi? Coba tanya langsung pada Beliau saja.
Selesai diperiksa oleh sang perawat, di hadapan dokter saya langsung nyelutuk 'perawatnya baru ya Dok...?'
Dokter langsung ngakak. Barulah saya cerita sebenarnya. Kesedihan karena kehilangan teman kini menjadi sirna dengan senyum perawat baru yang cantik dan cekatan. Dokter yang murah senyum dan sabar. Sakit mendadak pun langsung hilang dan kembali sehat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI