Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Puisi | Titik-titik Air di Awan

Diperbarui: 31 Agustus 2019   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Butir-butir air terus melayang mengembara mengikuti kata angin tanpa mempedulikan lagi jalan yang harus dilalui.

Atau pun waktu di mana harus menari bersama angin menggoyang lembut reranting dan dedaunan di pinggir hutan atau tepi jalan.

Di atas samudera atau di puncak gunung atau padang pasir berdebu.

Lelah tak lagi ada dalam benak selain keinginan untuk memberi kehidupan alam karena ia merasa bagian mereka

Di pagi hari kadang berhenti bersama menjadi titik-titik  embun di ujung rerumputan, daun padi, ranting, atau putik-putik dan kuncup bunga yang dilihat insan sebagai keindahan kilau alam yang mempesona lalu ditinggal pergi tanpa sebuah kenangan

Tak ada kekecewaan kala harus memenuhi panggilan cahaya mentari untuk kembali menjadi titik-titik air dalam gumpalan awan yang mengembara menyelimuti bumi

Mengayomi setiap mahluk yang berharap belaian lembut sang bayu dan sejuknya awan dan membuai untuk istirahnya raga dan jiwa

Terbang melayang kembali lalu duduk bersimpuh di tebaran pasir membentang padang gersang dan tak dipedulikan insan yang lewat dengan sebotol air kepongahan

Ia pun meresap ke dalam akar rerumputan yang terabaikan liar jadi penghias mata yang memandang

Waktu pun memanggil kembali dan cahaya mentari menggandengnya dari jendela pori-pori dedaunan mengajaknya kembali mengembara memberi kehidupan semesta alam

dokpri




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline