Kenapa airmata harus menetes jika kita memang harus berjumpa di saat senja telah membentang
Bukankah malam sudah mengintip dan mengirim salam lewat burung putih yang terbang di atas rumah
Lihatlah di atap timur rembulan sudah tersenyum dengan semu merahnya yang malu melihatmu begitu sendu
Dengarlah anak-anak yang riang di bawah naungan cahaya temaram kala awan tipis menyelimuti tempat kita bersemayam
Tak ada rengekan walau kau biarkan mereka dengan senda guraunya yang terus menemani rembulan berjalan lembut ke puncak gunung
Biarkan aku di sini dalam heningnya batin di lereng kehidupan
Bukankah kau tahu pengembaraanku tak pernah menepi sekalipun dalam keriuhan aku tetap ingin tertawa denganmu
Bercerita bersama tanpa bersua
Kita memang berbeda
Tersenyumlah dan tertawalah bersama mereka yang mencintai dan menunggumu selalu
Di ujung senja tengah malam aku bersila dengan dia menatapmu bahagia yang tak akan meneteskan airmata lagi
Ranu Pani
Minggu Kliwon
Besar, 18
2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H