Kau tersenyum manja kala kuterima setangkai mawar merah dari kelembutan tanganmu
Ingin kupeluk dirimu namun hatiku bertanya kenapa mawar merah jika melati adalah bunga kesucian kasihmu yang kau ucapkan di depan altar
Tak kusangka kau peluk erat diriku dan kau sandarkan kepalamu dalam degup jantungku
Aku hanya diam saat kau rengkuh tanganku ke pinggang birahimu dan kau bisikan hembusan gelora cinta
Secuil kecupan di kening harapanmu hanyalah tanda perpisahan kita walau wangi mawar merebak di wajahku
Namun terasa menyesakkan relung hati yang tertusuk duri mawarmu
Ambillah kembali mawar ini
Biarlah taman hati ini terbentang tanpa bunga dan pecah merekah hingga senja di musim kemarau
Bukankah gerimis akan tiba membasahi bumi dan rerumputan hijau yang memberi keindahan hati yang disemai cinta bunga-bunga ilalang yang menari lembut dengan irama surgawi...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H