Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Sukma Tunggul Ametung Menguasai Desa Jago dan Candi Jajaghu

Diperbarui: 23 Juni 2019   21:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal tari Turonggo Sukmo Tunggul Ametung. Dokpri

Mantra awal. Dokpri

3-5d0f822a097f3653305c5a02.jpg

Hampi dua puluh tahun pasukan berkuda Sima Lodra menguasai wilayah Jajaghu atau Desa dan Candi Jago, Tumpang Kabupaten Malang. Pasukan berkuda yang kuat, tangguh, trengginas, dan tak kenal lelah dalam gladhi maupun tampil unjuk kebolehan selalu mendapat acungan jempol dan tepuk tangan yang meriah dari warga dan para sentana juga pendita di timur Malang.

Namun hampir tiga tahun ini, pasukan berkuda yang kebanyakan anggota telah memasuki usia senja namun sudah ada regenerasi kepada kaum muda yang lebih energik dan trengginas tidak lagi bisa menunjukkan ketangguhannya di wilayah Tumpang. Apalagi di wilayah sekitarnya seperti Wates, Wajak, Poncokusumo, dan Pakis yang juga mempunyai pasukan berkuda yang tak kalah trengginas. Salah satu sebabnya adalah pendekar atau pandeganya sudah ogah-ogahan. Mungkin disebabkan tak ada dana untuk menghidupi pasukan dan kudanya. Jer basuki mawa bea. Perjuangan membutuhkan dana.

Rupanya keadaan ini terbaca oleh penguasa Jajaghu sebelumnya. Maka bangkitlah Sukma Tunggul Ametung menguasai pasukan berkuda di wilayah Jajaghu atau Desa dan Candi Jago. Sima Lodra tetap dibiarkan hidup. Namun pendekar Sunaryo pandega Sukma Tunggul Ametung yang berasal dari Desa Kidal yang ada di sekitar Candi Kidal menyatukan pemuda dalam pasukan berkuda.

Lecutan cambuk tand mulai trance. Dokpri

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Tunduk pada sang pendekar.

0 0 0 0

Itulah gambaran seni tari Jaranan atau Jaran Kepang yang ada di Desa Jago dengan nama Sima Lodra yang mati suri kini dibangkitkan lagi dengan kehadiran seorang pendekar baru dari Desa Kidal, Malang. Pendekar adalah sebutan untuk pimpinan sebuah kesenian jaran. Pemimpin di sini bukan sekedar seorang ketua, tetapi mempunyai karisma dan menguasai mantra tertentu untuk bisa mengendalikan pasukan berkudanya.

Bangkitnya Sukma Tunggul Ametung ditampilkan di pelataran terbuka depan Padepokan Seni Mangun Dharmo di Desa Tulus Besar yang jaraknya tak lebih dari 700m dengan Candi Jajaghu atau Jago, pada hari ini, Minggu, 23 Juni 2019 mulai jam 3 sore hingga jam 2 dini hari nanti. Sebuah pertunjukan gratis cukup menarik  perhatian masyarakat Tumpang yang memang sejak jaman sebelum Singosari begitu lekat dengan seni jaran kepang atau jaranan dan bantengan.

Terkapar. Dokpri

Dokpri

Pada sesi pertama, jam 3 hingga 5.45 sore tadi sebanyak 30 penari dan 6 orang penabuh tanpa henti  memainkan jaranan hingga kalap. Luar biasa. Di mana pertunjukan penari trance yang ditunggu-tunggu tampil memukau. Apalagi ada yang keluar dari arena dan masuk selokan dan menyantap pangkal pohon pisang. Atau ada pemain yang tiba-tiba mennggigit sebuah bunga kenanga lalu berlari menuju seorang balita mungil dan memberikan bunga tersebut pada si balita tersebut. Tak ayal semua penonton di tempat tersebut buyar, selain kedua orangtuanya dan pemain lain yang tak kalap jadi kelabakan.

Seru! Semoga lain kali Kompasianer bisa nonton di sini. Padepokan Seni Mangun Dharmo, Desa Tulus Besar Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang.

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Istirahat 3 jam lanjut jam 21.00




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline