Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Puisi | Biarlah Anggrek Bulan Ini Layu

Diperbarui: 15 Mei 2019   17:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi Bunga Anggrek Bulan (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Aku hanya diam saat kau bertanya
mengapa bunga ini kan kuberikan padanya
padahal kau begitu terpesona dengan warnanya.
Kau pun semakin terus menatap
dan ingin memetiknya walau aku tak memedulikan
senyum manismu yang menggoda. 

Kala kuraih tanganmu tuk berjalan
menuju dangau kau memaksa memetiknya dan
tak lama bunga itu layu
walau kabut masih menyelimuti kita.

Aku cuma tersenyum saat tetes air mata
beriringan dengan air gerimis
yang turun di pelupukmu.

Gerimis semakin deras dalam
dinginnya lembah. Dan terus menetes
berbaur dengan gerimis air mata di pipi.

Tak ada lagi kehangatan dalam diri
kita sekalipun sepelana kuda menyusuri
tepian telaga kembali ke rumah.

Kau kembali diam terkatup saat kutunjukkan
setangkai anggrek bulan putih
menjelang layu
karena kepergianmu. 

Tak mungkin anggrek ini akan segar
kembali seperti wajahmu yang lelah
mengejar murai di ngarai.
Petiklah anggrek ini. 

Aku sudah menanam dahlia.

Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline