Bicara tentang sambel, bayangan kita senantiasa pada jenis makanan pelengkap yang bahan utamanya cabai. Seperti sambel terasi, sambel oyek, sambel bajak, dan sambel tumpang. Padahal dalam khasanah masakan tradisional kita ada juga sambel yang juga merupakan lauk pauk. Misalnya sambel goreng tempe, sambel tempe, sambel goreng ati, sambel goreng teri, dan masih ada lagi lainnya yang bumbunya hampir sejenis.
Kali ini penulis yang hobi masak untuk konsumsi sendiri berbagi pengalaman membuat sambel goreng teri. Sebenarnya masakan ini sudah siap diposting 10 bulan lalu. Hanya karena kompasiana sedang heboh berita menjelang pemilu maka ditunda. Dan, mumpung sekarang ada tema sambal Nusantara maka penulis kirim. Semoga pembaca tertarik membuat eh memasak sendiri.
Sekalipun namanya sambel goreng teri tetapi juga ada tempe dan tahunya lho...
Bumbu : 1 buah tomat, 1 buah cabe merah, 5 buah cabe kecil, 5 buah bawang merah, 3 siung bawang putih, sekerat lengkuas. Semua potong tipis-tipis.
Bahan : sepotong tempe ukuran 10 x 15 cm dan sepotong tahu ukuran 10 x 10 cm semua dipotong kecil ukuran 2 x 2 cm, lalu tahu digoreng. 2 ons teri kering cuci, tiriskan, dan goreng setengah matang.
Cara memasak : tumis semua bumbu dengan sesendok minyak goring atau margarine selama kurang lebih 7 menit atau hingga tercium bau harum. Kemudian masukkan tahu, setelah lima menit masukkan tempe, supaya bumbu dan meresap ke dalam tempe dan tahu tuangkan 100cc atau setengah gelas air matang. Lima menit atau setelah dirasa tempe dan tahu matang, masukkan ikan teri. Tumis selama kurang lebih 5 menit saja kemudian taburkan setengah sendok teh garam halus. Tumis lagi hingga garam meresap ke masakan lalu masukkan atau campurkan sesendok kecap manis. Tumis lagi selama 5 menit. Maka matanglah masakan kita ini dan siap disajikan sebagai lauk dan sambal untuk 5 orang.
Untuk penyajian di atas sambal teri bisa ditaburkan potongan kecil dan bawang merah dan mentimun agar mengundang selera. Kalau penulis langsung masukkan rantang atau bungkus dengan daun jati sebagai bekal ke ladang.
Udara dingin di ladang pun terasa hangat karena nggaber-gaber kepedasan lombok. Tertarik? Silakan coba.
Catatan: karena terlalu banyak maka foto saat memasukkan kecap dan yang sudah matang dan siap saji tak ditampilkan di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H