Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Ketika Badai Melanda Hidupku

Diperbarui: 10 Maret 2019   16:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Badai saat menuju Bromo pada Kamis, 7 Maret 2019. Dokpri

Dalam sebulan terakhir intensitas curah hujan boleh dikatakan tinggi sekali.  Bukan hanya sekedar hujan lebat namun juga diiringi angin kencang sehingga menimbulkan badai yang membuat sebagian orang takut saat dalam perjalanan. Entah takut tertimpa dahan dan pohon roboh malah juga kebat-kebit ketiban baliho-baliho yang tertanam dan terpasang tak sempurna.

Bahkan yang ada di rumah pun merasa kuatir jika salah satu bagian atap rumah terbang terbawa angin yang tentunya akan mengakibatkan kebocoran dan tentu saja menyebabkan banjir lokal di dalam rumah. Bisa juga mereka yang ada di dalam rumah takut atau setidaknya kuatir jika rumahnya tertimpa dahan patah atau pohon roboh.

Penulis sendiri yang senang menjelajah alam dan suka tantangan alam toh kadang merasa kebat-kebit jika melintasi jalan setapak di tepi hutan atau melintasi kaldera dan lautan pasir Gunung Bromo saat hujan. Sambaran petir dan tamparan angin ribut yang bisa saja menghempaskan ke tanah dan membuat tak berkutik. Tapi syukurlah setiap kali diterjang badai di kaldera Bromo atau dimana pun senantiasa mendapat pertolongan dari Tuhan Allah Yang Maha Kasih lewat tangan-tangan sesama. Ini tentunya karena doa-doa yang kupanjatkan lewat lantunan lagu yang sering kami nyanyikan bersama keluarga dan gereja atau saat saya sedang sendiri dalam perjalanan.

Hanya PadaMu Tuhan

Ketika badai melanda hidupku, ku berlindung padaMu Tuhan

Pabila ombak menimpa jalanku, ku bersandar padaMu Tuhan

Hanya padaMu Tuhan  harapku telah kupautkan

Hanya padaMu Tuhan  hidupku akan kuserahkan

APK dan pohon patah di pinggir jalan Desa Nongkojajar. Dokpri

Super narsis di tengah badai letusan Bromo 8 thn silam.

Di atas, penulis menyebut kala sedang melintasi hutan kadang merasa kebat-kebit atau sedikit takut. Artinya kalau sedang dalam menjalankan tugas atau sedang di kantor saat hujan deras diiringi badai justru sering kuatir. Kuatir saluran air limbah atau got tertutup sampah atau tak mampu menampung air sehingga air meluap ke halaman bahkan mungkin juga masuk ke teras sekalipun sudah ada bahkan banyak resapan dan biopori yang dibuat.

Kuatir talang dan saluran air hujan di atap tertutup dedaunan yang rontok sehingga membuat kebocoran di dalam ruangan. Takut ada dahan patah bahkan pohon roboh yang tentunya amat berbahaya bagi keselamatan warga sekolah atau setidaknya menimpa bangunan yang menyebabkan kerusakan.

Kekuatiran yang cukup besar ini karena luas lahan yang menjadi pengawasan penulis luasnya sekitar 11 hektare yang tersebar di 3 lokasi berbeda dan semua merupakan kawasan hijau dengan ratusan pohon besar yang umurnya lebih dari 25 th. Mulai dari pohon mahoni, filisium, klerak, karet, trembesi, kelapa, beringin, ipik, pinus, cemara hutan, rumpun bambu, dan palem.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline