Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Menikmati Lezatnya Durian Lokal Nongkojajar Saat ke Gunung Bromo

Diperbarui: 9 Maret 2019   19:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pohon durian lokal di kebun penduduk di pinggir jalan Nongkojajar. Dokpri

Desa Nongkojajar, salah satu pintu masuk menuju Gunung Bromo sesuai dengan namanya seharusnya penghasil buah nangka atau nongko, karena Nongkojajar berarti banyak pohon nangka yang berjajar di pinggir jalan. Namun kini telah berubah, buah nangka sudah jarang terlihat selain di ladang penduduk. Komoditas Nongkojajar sekarang lebih banyak apel, bunga krisan, dan durian.

Memang jumlah perkebunan yang membudidayakan durian secara masal belum begitu banyak selain penduduk yang menanam di ladang dengan jumlah paling banyak 2 - 5 pohon saja dengan varietas lokal. Itu pun kebanyakan ditanam di antara tanaman keras lainnya di tebing-tebing sebagai penahan longsor.

Seorang petani dan pedagang di Desa Sawiran, Nongkojajar.

Di salah satu rumah penduduk. Dokpri

Mbak Sri salah satu penjual di atas jembatan. Dokpri

Dalam perjalanan pulang dari mengikuti kegiatan Hari Raya Nyepi di Bromo, saya menyempatkan diri berbincang dengan teman-teman  di sana yang sedang panen dan berjualan durian di pinggir jalan raya. Terutama mulai dari Desa Gerbo hingga Desa Tutur sekitar 7 km sebelum Penanjakan.

Buah durian Nongkojajar ukurannya memang tak terlalu besar. Antara 15 -- 20cm saja. Kadang penuh isi, kadang hanya berisi separuhnya saja. Rasanya seperti biasa manis gurih dan bau harum yang cukup menyengat. Tertarik? Jangan lupa kalau ke Bromo mampir beli dan menikmati durian di pinggir jalan dengan nikmat.  Jika ingin membawa pulang tanpa kulitnya, penjual bersedia membelah dan membungkus dengan plastik.

Ini lho bagus cuma 25ribu! Dokpri

Siap membelah dan membungkuskan. Dokpri

Sakit gigi ya Mas,,,,? Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline