Desa Nongkojajar, salah satu pintu masuk menuju Gunung Bromo sesuai dengan namanya seharusnya penghasil buah nangka atau nongko, karena Nongkojajar berarti banyak pohon nangka yang berjajar di pinggir jalan. Namun kini telah berubah, buah nangka sudah jarang terlihat selain di ladang penduduk. Komoditas Nongkojajar sekarang lebih banyak apel, bunga krisan, dan durian.
Memang jumlah perkebunan yang membudidayakan durian secara masal belum begitu banyak selain penduduk yang menanam di ladang dengan jumlah paling banyak 2 - 5 pohon saja dengan varietas lokal. Itu pun kebanyakan ditanam di antara tanaman keras lainnya di tebing-tebing sebagai penahan longsor.
Dalam perjalanan pulang dari mengikuti kegiatan Hari Raya Nyepi di Bromo, saya menyempatkan diri berbincang dengan teman-teman di sana yang sedang panen dan berjualan durian di pinggir jalan raya. Terutama mulai dari Desa Gerbo hingga Desa Tutur sekitar 7 km sebelum Penanjakan.
Buah durian Nongkojajar ukurannya memang tak terlalu besar. Antara 15 -- 20cm saja. Kadang penuh isi, kadang hanya berisi separuhnya saja. Rasanya seperti biasa manis gurih dan bau harum yang cukup menyengat. Tertarik? Jangan lupa kalau ke Bromo mampir beli dan menikmati durian di pinggir jalan dengan nikmat. Jika ingin membawa pulang tanpa kulitnya, penjual bersedia membelah dan membungkus dengan plastik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H