Sebagai warga Arema alias Arek Malang asli, tentu saja saya bangga pada nenek moyang kami. Maka, sebulan sekali mengunjungi candi-candi yang merupakan makam nenek moyang kami yakni raja-raja Singosari. Tak peduli kami keturunan Ken Arok, Tunggul Ametung, atau Empu Gandring.
Minggu, 3 Februari 2019 kemarin kami (berdua) ke Candi Singosari dan wilayah perbatasan keraton dengan Candi Sumber Awan. Wilayah perbatasan ini dijaga oleh dua Dwarapala. Di dekat Dwarapala ini kami menyalakan dupa dan mengheningkan cipta supaya negeri ini aman.
Selesai mengheningkan cipta, saya pamit dan moto Sang Dwarapala. Ketika mau salaman eh ternyata dua jari tangan kanannya menyatu. Setengah kaget dan bertanya dalam hati apa artinya.Ketika di Dwarapala sisi kanan, ternyata tangan kanannya pegang lutut. Artinya apa?
Juri kunci bilang 'kita harus kerja sampai lutut teklokn alias capai'
Hla kenapa Dwarapala kiri kok dua jari kanannya menyatu dan membentuk angka dua?
Saya pun semedi lagi dan dapat jawaban dari nenek moyang 'tuk jadi pemimpin harus berdua tidak boleh jomblo' Apalagi sampai lingganya tergeletak tak terpakai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H