Memanfaatkan lahan yang ada di sekitar kita sesempit apa pun, jika ditanami tumbuhan tentu sangat bermanfaat. Entah ditanami bunga, tanaman semusim seperti cabai dan tomat, atau mungkin buah-buah yang tidak terlalu besar batang pohonnya. Selain untuk menyegarkan suasana, memberi aroma wewangian, tentu juga bisa dipetik buahnya yang tentu saja bisa menghasilkan nilai ekonomis yang lumayan.
Di salah satu sudut kantor dan sekolah kami, di pinggir lahan yang dimanfaatkan untuk menanam sayur dan padi, ditanam pula 6 pohon murbey atau dalam Bahasa Jawa dikenal dengan nama besaran.
Tanaman ini garis tengah batangnya tak lebih dari 15cm dan tingginya hanya sekitar 3m sekalipun sudah berumur 6 tahun. Daunnya pun tak terlalu rimbun sehingga jika ditanam sebagai peneduh cukup bagus.
Apalagi jika musim kemarau saat dedaunan rontok tidak terlalu mengotori halaman. Hal lain yang cukup menarik adalah boleh dikatakan tanaman murbey jarang sekali diserbu hama ulat yang membuat geli, sebab tanaman murbey biasanya menjadi pakan ulat sutra.
Berdasarkan pengalaman penulis, buah murbey bukanlah tanaman musiman karena berbuah setiap saat. Hanya saja setelah masa panen selesai biasanya akan berbuah lagi 2 bulan kemudian.
Buah murbey yang bentuknya lonjong ukuran 1 x 3 cm merupakan kumpulan putting-putting 0,2 mm. Ketika masih muda warnanya hijau muda dan kuning. Dan menjelang matang di pohon warnanya kuning hingga jungga kemerahan.
Saat matang di pohon warnanya hitam keunguan. Saat masih merah rasanya manis masam. Sedang ketika matang rasanya manis segar.
Pada satu pohon setinggi 2 m dengan kerimbunan daun 1,5 m paling banyak setiap hari hanya memetik 15 -- 20 buah besaran. Sedang yang ditanam di pot setinggi 75 cm dengan kerimbunan 50 cm hanya dapat dipetik 4 -6 buah besaran.
Banyaknya kandungan vitamin A,C, E, dan K pada buah murbey tentu sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita. Untuk menikmati buah besaran bisa dengan cara dibuat sirup atau disetup. Namun ini harus diberi tambahan zat atau bahan pengawet.
Penulis sendiri, lebih senang menikmati dengan memakan langsung setelah dipetik. Karena buah yang berukuran kecil ini, jarang matang bersama-sama.
Biasanya kami memetik saat istirahat atau setelah makan nasi sebagai pencuci mulut dan menghilangkan bau mulut akibat makanan yang kami santap. Hanya saja setelah mengunyah buah besaran lidah kita akan sedikit berwarna ungu. Namun akan segera hilang jika kita minum air putih.