Kesuburan tanah negeri kita memang tak bisa dipungkiri. Hampir semua tanaman yang tumbuh bisa dimanfaatkan. Entah sebagai sayur atau obat-obatan herbal ( jamu ). Entah yang tumbuh di pekarangan, ladang, sawah, maupun hutan.
Hanya saja karena alasan gaya hidup maka selera lidah pun berubah. Maka tanaman yang bisa dimakan sayuran dan obat-obatan herbal semakin ditinggal. Apalagi sayuran yang harganya murah dan dianggap sebagai tanaman liar semakin ditinggalkan. Termasuk oleh orang desa sendiri, apalagi oleh kaum muda. Slogan ' Back to Nature' hanya omong kosong belaka.
Sabtu, 13 Oktober 2018 kemarin, setelah kegiatan matun atau membersihkan sawah dari rumput dan gulma kami keliling memeriksa tanaman padi yang mulai tumbuh lebih besar. Tak banyak gulma yang ada di tengah sawah. Namun, tampat beberapa tanaman genjer ( Limnocharis flava ) tampak ada di tengah setiap petak sawah dan kangkung liar ( Ipomoea aquatica Forsk ) yang tumbuh di pematang.
Sama seperti dulu, tanaman genjer dan kangkung liar jarang dipetik untuk dijadikan sayur. Mungkin, karena tanaman ini tumbuh liar di sela-sela tanaman pokok maka dianggap tidak mempunyai nilai sekalipun sebenarnya enak juga rasanya. Dan, yang cukup mengejutkan di Wikipedia disebut sebagai sayuran orang miskin. Nah!
Merasa eman, saya pun meminta tiga tukang untuk tidak malu-malu memetik tanaman genjer dan kangkung. Dengan agak malu-malu toh akhirnya mau juga, sekalipun mereka orang desa. Untuk memberi contoh agar mau memanfaatkan apa saja yang layak dan pantas untuk dimakan, saya pun yang tadi bergaya bossy saat menjaga para tukang, sekarang lepas kaos ikut mencuci genjer di parit.
Hanya 30 menit, kami mendapat sekitar 3 ikat besar untuk dibawa pulang. Lumayan untuk oseng-oseng atau pecel. Saya yang tak mau berebut Cuma memetik daun turi untuk sayur. Lumayan.
Rakus makan sayuran dari gulma? Ah, masak sih...... Bukankah ini salah satu ucapan syukur dengan memanfaatkan semua ciptaanNya demi kehidupan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H