Melihat bentangan sawah kala padinya masih hijau belum berbuah, atau saat masih berbiji muda, bahkan saat sudah menguning siap dipanen, seakan semua tampak demikian indah mempesona.
Betapa suburnya negeri kita yang gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharjo. Artinya negeri yang makmur dan sejahtera karena kesuburan tanahnya serta warganya yang taat pada hukum.
Namun kala kita mendekat dan melihat dengan teliti, ternyata dari hamparan padi terdapat beberapa rumput yang tumbuh subur menjadi gulma dan merusak padi.
Padi yang tumbuh di sekitarnya, memang kelihatan subur pula. Sebenarnya kalau dilihat dengan baik ternyata padi ini sekalipun berisi dengan ciri khasnya menunduk namun sedikit mendongak sebab isinya tidak penuh bahkan tak bisa dijadikan beras. Selain hanya gabah kopong atau dalam Bahasa Jawa disebut pari gabuk.
Sedang rumput gulma yang oleh petani Jawa disebut jawan tumbuh sungguh subur di antara pepadian karena menghisap semua makanan yang seharusnya menjadi santapan padi.
Sekalipun sudah tua dan menguning kecoklatan, ia tetap berdiri tegak mendongak karena bijinya memang kecil. Jadi ia tetap sombong dan menebarkan benih yang akan merusak pesawahan melalui bisikan angin selembut apapun.
Mengapa rumput jawan ini bisa tumbuh subur dan apakah karena petani salah mengelola?
Ketika sawah akan ditanami, petani kadang harus mencabuti rumput dahulu sebelum dibajak. Jika rumputnya tidak terlalu banyak langsung diairi agar tanah menjadi lumpur yang empuk kemudian dibajak agar lembek dan halus untuk ditanami padi. Benih padi pun pilihan dari bibit unggul tahan hama dan cuaca.
Ketika bibit padi ditanam di petak-petak sawah semua tampak biasa saja. Namun ketika sawah diairi agar tumbuh subur sebelum dipupuk, disinilah awal gangguang mulai muncul. Air irigasi membawa apapun. Mulai dari sampah, tanaman gulma, dan benih rumput jawan yang tak terlihat.
Saat padi mulai tumbuh, gulma semakin banyak dan benih rumput jawan yang terbawa air tersangkut di sela-sela pokok batang padi muda. Rumput jawan pun tumbuh subur seperti padi.
Bagi mereka yang tak pernah bertani atau melihat kehidupan bertani akan sulit membedakan antara padi muda dan rumput jawan muda. Di sinilah kita acungi jempol dan rasa hormat para ibu-ibu buruh tani yang dengan teliti dan hati-hati mencabut rumput jawan lalu memasukkan ke lobang bekas injakan kaki dan membenamkan agar tidak tumbuh lagi. Atau melemparkan ke pematang sawah dan akan terinjak para petani yang lewat serta kekurangan air dan mati kering tersengat matahari.