Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Kompasiana Bagaikan Sebuah Tarian Jaran Kepang

Diperbarui: 21 November 2017   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Enam tahun jadi kompasianer itu sesuatu yang luar biasa. Apalagi sudah centang biru dengan sebutan 'maestro' Sebutan yang dulu cuma olahragawan terhebat saja. Misalnya, maestro bulutangkis Si Rudy Hartono atau maestro catur Gary Kasparov.

Padahal tulisanku biasa-biasa saja bahkan ga ilmiah blaaas seperti tulisan maestro lainnya seperti Bang Pebrianov, yang selalu ringan tapi ngajak mikir. So, tulisanku jarang menembus angka empat digit seperti tulisan The King of Hab yang bisa menyedot perhatian dan membuat ngekek blantika musik jaranan K'ers yang dinamis dan menghentak.

Jaran Kepang di Kompasiana.

Anda pernah nonton seni tradisional Jawa yang bernama jaran kepang atau jathilan yang pemainnya bisa kalap? Kalo belum ublek-ublek tulisan saya yang jumlahnya cuma 514. Kompasiana itu sama persis  dengan permainan jaran kepang atau jathilan atau kuda lumping. Kompasianer adalah pemainnya. Entah sebagai penabuh kendang, kenong, bonang yang menabuh penuh hentakan yang dinamis dan membuat kalap, atau penarinya yang bisa kalap. 

Bahkan mungkin termasuk sang dukun yang membakar kemenyan untuk memberi semangat. Sedang Admin K, saya ibaratkan orang yang punya gawe dan nanggap jaran kepang. Hla penontonnya adalah 'silent readers'  Kompasiana. Mengapa saya membandingkan K sebagai ajang permainan jaran kepang?

Kalo mau dicermati, awal berdirinya K banyak tulisan dan komen yang bisa membuat para K'er kalap. Mungkin yang paling mudah diingat adalah EA, Nabi Palsu, AS, Pakde Kartono, dan Bvlgary. Siapa yang tak kenal gaya dan isi  tulisan mereka yang bisa menjadi irama kendang  dan komen-komen serta balasan mereka bagaikan bakaran kemenyan yang membuat kalap. Admin pun cuma bisa melongo dan   terpaksa meminta tuan rumah atau K untuk mengusir mereka yang bikin rusuh atau kalap tak terkendali seperti kerasukan 7 lelembut.

Bagaimana dengan K di luar dunia maya?

Seminggu yang lalu tetangga depan rumah punya hajat pernikahan anaknya. Sebagai penerima tamu saya pun menyambut tamu dengan tebar pesona senyum sana senyum sini yang belum tentu dibalas senyuman.

Bahkan saat sepi, tiada angin tiada hujan tiba-tiba saja ada 3 orang tamu ngrasani atau membicarakan kejelekan K dan Kompas sebagai biang masalah yang sering terjadi saat ini dengan berita dan artikel yang ditulis di media tersebut.

Hladaaaalaaah.... aku cuma ndlongop saja. Dan sebagai dukun jaran kepang saya tak mau dan tak mungkin kalap dengan jompa jampi yang keluar dari mulut emosional. Setelah puas ngoceh eh menghabiskan nasi rawon sajian dan segelas minuman, tiga tamu ini mohon pamit. Salaman dengan erat sambil berpesan sebaiknya stiker Kompas dan kompasiana yang ada di jendela rumah saya.

Weeeladalaaaah.....ternyata ada orang kalap karena K.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline