Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Tarian Kepulan Asap Kawah Gunung Bromo

Diperbarui: 17 Juli 2016   11:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bromo, 29 Juni 2016

Sejak mereda dari letusan pada akhir 2010, Gunung Bromo boleh dikatakan tak pernah lagi diam. Selalu menggeliat mempesona siapa pun yang melihatnya. Geliat asap putih yang mengalir lembut dari kepundan bagaikan gerakan penari Tayub yang cantik, semampai, namun halus dalam menghibur masyarakat Suku Tengger dalam sebuah pesta rakyat. Bromo memang penari cantik dan lemah gemulai namun selalu rancak dalam ngigel mengikuti irama karawitan dan tetembangan sesuai permintaan para tamu. Gemulai.

Bromo, September 2012

2002

Gemulai penari Tayub bagaikan kepulan asap putih Gunung Bromo

Siulan lembut dari tarian pucuk-pucuk pinus dan goyangan ilalang di Gunung Widodaren dan Watangan bagaikan irama gamelan yang mengiringi panembrama tetambangan puja bhakti para gadis cantik di Vihara Paramitha di sebuah desa di selatan Bromo. Itulah gambaran Gunung Bromo saat diam tak bergerak mengepulkan asap dari kepundan selain awan putih yang melintas di atas puncaknya dari perbukitan sekitarnya. 

Langit nan biru dan awan putih bagaikan selimut kasih seorang  putri cantik  dari Suku Tengger yang sedang tidur seperti yang tampak pada warna pasir keperakan atau kekuningan di sekitar puncak Bromo. Cantik.

Maret, 2009

Agustus, 2011

Juni, 2016

Juni, 2016

9 Juli, 2016

Menggelora bagaikan Tari Jaran Kencak

Bromo bukanlah sekedar wanita cantik. Kala bergemuruh dan menyemburkan asap putih kelabu yang kadang melemparkan lumpur panas atau batu pijar seakan menggambarkan dhadhungawuk (kuda warna putih kelabu) yang sedang menari dengan iringan kendang dan slompret dalam seni Jaran Kencak. Atau seperti juga tarian Jaran Kepang (Kuda Lumping) yang  dibawakan  para lelaki dengan gerakan yang rancak mempesona. Sebuah seni tradisonal masyarakat Suku Tengger. Rancak.

Menggelora di ujung Desan Ngadas

Februari 2011

Semangat bagikan para pemuda memainkan Bantengan

Saat Bromo terus menggemuruh dan menggelegar bukanlah suara Sang Brama yang sedang marah pada warga karena sesaji tanpa dupa. Namun Bromo sedang menunjukkan kekuatannya dalam sebuah permainan yang membuat orang sedikit takut namun justru datang untuk melihatnya. Seperti dalam seni Bantengan yang banyak dilakukan para pemuda Bromo saat ada upacara tradisional di desanya. 

Sebuah tarian yang menggambarkan kegagahan pemuda dalam menaklukkan binatang liar. Gerakannya yang kadang liar dengan tetabuhan kendang dan jidor serta alunan dupa sesaji semakin menunjukkan betapa Bromo pun kadang bisa kalap. Kalap seperti banteng ketaton (banteng terluka) yang membuat sebagian yang melihat agak takut namun tak kuasa meninggalkan. Gagah.

Bromo dan Bantengan saat kesurupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline