Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Senyum Sapa Sang Bagaskara di Ufuk Timur Bromo

Diperbarui: 6 Maret 2016   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Semburat awan jingga menjelang matahari terbit dilihat dari Penanjakan,"][/caption]Sering kulihat semburat warna jingga di ufuk timur kala Sang Bagaskara mulai tersenyum menyapa dunia. Tak ada yang lebih menarik, sekalipun hanya kulihat dari lantai dua rumah kami yang menghadap ke timur. Persis menghadap ke arah puncak Mahameru yang kadang tampak kokoh berdiri tegar sambil mengepulkan asapnya dari Jonggring Saloka. Namun kadang Mahameru juga tampak lemah kala kabut tipis menutupinya di musim penghujan. Atau debu lembut mengaburkan birunya gugusan gunung gemunung mulai dari timur laut tempat Sang Brama bertahta hingga ke timur tempat persis Mahameru tegar berdiri.

[caption caption="Perbukitan pun mulai terlihat ketika sinar semakin jelas."]

[/caption]

[caption caption="Sunyi, sesunyi Rara Anteng saat menanti terbitnya matahari."]

[/caption]Demikian juga, bila melihat semburat jingga kala Sang Mentari mulai bangun dan akan memberikan senyumnya pada setiap makhluk. Kehangatan yang dipancarkan pun mulai menyelimuti bumi dan memberi arti bagi kehidupan.

“Tak ada bedanya. Sama seperti kala kami di atas kapal induk di timur Okinawa atau di puncak tertinggi WTC dulu….,” kata Jeanet seorang mantan prajurit wanita Amerika yang kini menjadi pegawai bank di Dallas.

“Bahkan lebih indah di Grand Canyon…,” lanjutnya.

[caption caption="Senyum sapa Sang Bagaskara ( Mentari ) pagi di ufuk timur Bromo"]

[/caption]

[caption caption="Awan tipis mengalir lembut dari Kaldera Bromo menuju lembah di sisi utara Bromo."]

[/caption]Aku cuma tersenyum sambil sedikit menganggukkan kepala tanpa bisa membantah. Membandingkan keindahan alam matahari terbit di ufuk timur Bromo dengan tempat lain seperti di timur Okinawa, di atas WTC, dan Grand Canyon yang belum pernah kukunjungi hanya menambah kekonyolan belaka.

Ungkapan Jeanet, sering terucap dari para wisatawan yang mengunjungi Bromo dengan menanti dan melihat terbitnya matahari dari Penajakan. Bahkan juga dari wisatawan Nusantara.

Namun, selang 6 – 10 menit kemudian mereka begitu terperangah dan berseru lirih atau malah berteriak: “Waooooooow……”

Sinar lembut matahari yang mulai tersenyum membuka tabir keindahan Kaldera Bromo yang tertutup awan tipis yang menyelimutinya. Bagaikan danau di nirwana yang tenang, awan tipis mengalir terjun ke lembah perkebunan masyarakat Suku Tengger di utara Bromo.

[caption caption="Kala sinar semakin terang Batok dan Semeru menampakkan kegagahannya."]

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline