[caption id="attachment_283781" align="aligncenter" width="600" caption="Sekelompok mahasiswa belajar orasi...."]
[/caption]
Setiap ada wisatawan yang berkunjung ke Malang, sebagian besar tidak lupa mengunjungi alun-alun yang merupakan titik nol. Entah apa yang jadi pesona alun-alun ini. Sejak dulu sepertinya tak pernah ada daya tariknya. Sebelum tahun 85an, merupakan tempat para hidung belang mencari pasangan mengumbar nafsu dan para preman yang mencari mangsa. Terutama di sisi timur yang terdapat penjara wanita dan sisi barat yang terdapat Masjid Jami dan Gereja GPIB. Sehingga pada pagi hari bau pesing dan amis selalu menebar membuat mual….
Sejak tahun 85an, alun-alun ini mengalami kurang lebih 6 kali renovasi untuk dijadikan salah satu daya tarik kunjungan wisatawan. SPBU yang ada di sebelah utara pun dibongkar, tetapi dijadikan tempat parkir. Bukan memperindah, malah kelihatan kotor.
Penanaman pohon perindang semakin diperbanyak dan sejak 95an mulai dipelihara ratusan burung merpati.
[caption id="attachment_283785" align="aligncenter" width="600" caption="Yaa...BAB kok di taman....."]
[/caption] Di pojok selatan dibangun Posko Ketertiban Terpadu, tujuannya untuk menjaga ketertiban pedagang K5. Kenyataannya, posko hanyalah sebuah gedung dengan petugas yang tak tegas. Pedagang K5 berjualan seenaknya memenuhi area alun-alun termasuk tempat duduk untuk para pengunjung. Para gelandangan, pengemis, dan pedagang K5 dengan seenaknya tiduran dan bahkan BAB di taman. Bahkan Posko pun menjadi tempat menaruh gerobak sampah pasukan kuning dengan seenaknya.
Di sebelah timur gedung Malang Tourism Information Center ( MTIC ) yang sering kosong tanpa petugas dan kalau pun ada kurang menguasai tentang daerah tujuan wisata di Malang dan sekitarnya. Di antara Posko Ketertiban dan MTIC juga dijadikan area parkir. Tetapi yang paling sering parkir adalah kendaraan angkutan umum atau mikrolet.
Di sebelah selatan, tak kalah joroknya. Pedagang bukan menggelar dagangannya dengan tikar tetapi membuka lapak dengan meja kursi. Hanya saja mereka membuang sisa makanan dan cucian seenaknya sendiri.
Di sebelah barat, lebih parah. Paving stone sudah tak memperindah lagi jalan setapak di alun-alun yang penuh dengan pedagang. Dan pada malam hari tetap saja menjadi sarang hidung belang mencari mangsa.
Di pojok sebelah utara, di depan gereja GPIB, dulu merupakan tempat pos polisi menjaga dan mengawasi ketertiban lalu lintas di sekitar ini. Justru sekarang menjadi tempat pembayaran pajak kendaraan bermotor. Sedangkan polisi yang berjaga hanya kadang-kadang saja terlihat.
Alun-alun kota Malang dari dulu hingga sekarang selalu disenangi karena warga memang butuh ‘ruang terbuka hijau’ tetapi tak pernah bisa dibanggakan.
Konon, alun-alun ini akan direnovasi kembali. Sebuah langkah yang bagus. Tetapi perawatan dan pemeliharaanlah yang terpenting…… Taman tempat refreshing bukan penebar polusi>
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H