[caption id="attachment_291528" align="aligncenter" width="400" caption="Rara Mendut, Gendhuk Duku, dan Lusi Lindri dalam sebuah tarian."][/caption]
Keberhasilan Pragola membantu Mataram menaklukkan Madiun di bawah pimpinan Rangga Jemuna,hanya membuahkan kekecewaan dirinya saja. Panembahan Senopati yang menyunting Retno Dumilah putri Adipati Madiuan, Rangga Jemuna, menjadi istrinya yang ke dua. dikawatirkan akan mengurangi hak keturunan menjadi raja Mataram atas putra Ratu Mas, adikPragola, yang menjadi permaisuri pertama Panembahan Senopati.
Maka Pragola sebagai Adipati Pati memberontak kesewenangan Mataram, namun dapat ditumpas. Rara Mendut yang cantik, salah satu selir Pragola, menjadi incaran Tumenggung Wiraguna dari Mataram. Namun, Rara Mendut lebih mencintai Pranacitra, bawahan Tumenggung Wiraguna. Kecintaan pada Pranacitra bukanlah karena ia masih muda dan tampan. Sekali pun Rara Mendut hanyalah seorang janda Pragola dan pernah terlibat perselingkuhan dengan seorang Portugis dan membuahkan dua anak kembar. Tapi Rara Mendut sudah merasakan asam garam menjadi istri penguasa, seperti Pragola, dan Tumenggung Wiraguna yang tertarik hanya pada kecantikan raganya saja.
Menyadari bahwa dirinya hanya dipandang sebagai pemuas nafsu birahi para penguasa daripadasebagai pribadi wanita, Rara Mendut pun berani menolak pinangan Tumenggung Wiraguna. Wiraguna sakit hati. Sebagai wakil Mataram, Tumenggung Wiragunamenarik pajak kepada Rara Mendut yang saat itu harus mencari nafkah dengan berjualan rokok ‘tingwe’ atau hasil melinting dhewe.
Rara Mendut pun yang menyadari kecantikannya dan bibirnya yang sensual banyak membakarmata jalang lelaki terpaksa harus berjualan rokok ‘tingwe’ buatannya sendiri yang dilem dengan ludah dari lidahnya sendiri. Entah apa yang membuat banyak lelaki kesurupan dengan rokok ‘nglinting dhewe’ dari Rara Mendut. Larisnya rokok ‘tingwe’ Rara Mendut membuat ia dapat membayar pajak atas hasil penjualan rokoknya.
Tumenggung Wiraguna yang merasa terhina oleh Rara Mendut dan tersingkirkan oleh Pranacitra bawahannya sendiri menjadi kalap. Pranacitra pun tewas dihabisi.
Rara Mendut, wanita cantik, lemah lembut, dan seksi namun tangguh merasa tak sudi menjadi santapan penguasa yang terbakar nafsu syahwat, memilih mati bersama Pranacitra.
Rara Mendut bersama Genduk Duku sahabatnya yang seperti saudara sendiri dan Lusi Lindri putri Genduk Duku, menyadari bahwa kecantikan dan kelemahlembutannya bisa menjadi kekuatan untuk melawan kekuasaan daripada untuk mencari kekuasaan di istana yang pada akhirnya hanya membawanya dalam kenestapaan di penjara…..
0 0 0 0 0
Rara Mendut dalam koreografi karya Nungki Nurcahyani.
Dibawakan oleh Nungki Nurcahyani, Dhita Saptodewo, Rara Fiska Mumpuni pada Pagelaran Malang Dance Festival di Dewan Kesenian Malang, 12 – 16 Desember 2012
0 0 0 0 0
Sumber:
Babad Tanah Jawi. Koleksi pribadi, tanpa pengarang, penerbit, dan tahun terbit.
Tri logi Rara Mendut, karya YB Mangunwijaya – Gramedia Pustaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H