Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Ada Apa dengan Etnis China?

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13546804771959683472

[caption id="attachment_212883" align="aligncenter" width="300" caption="Foto: Suara Merdeka"][/caption] Di negeri kita, masalah benturan antar suku sejak dulu sering terjadi. Banyak para tokoh, ahli, dan pemimpin adat ikut bicara. Namun kenyataan benturan yang berakibat bentrokan secara fisik selalu terjadi dan terulang. Bahkan, bukan hanya antar suku tetapi antar kampung atau desa sesuku.Sangat miris. Korban harta benda dan jiwa pun berjatuhan. Semua pihak lalu menyesalkan. Kemudian diadakan pembicaraan damai. Tapi kemudian hari terjadi lagi bentrokan.

o o o o o

Kali ini, penulis ingin sekali berbagi pengalaman tentang ‘ketidaktahuan akan Etnis China’ yang mengapa dan sering dianggap berbeda dengan yang lain. Sebut saja ketika Joko Widodo mengajak A Hok menjadi pasangannya untuk menjadi gubernur Jakarta. Ada saja tokoh, kelompok, dan orang yang mempermasalahkan karena dia seorang China dan Kristen lagi.

o o o o o

Tahun 1966, setelah peristiwa Gerakan 30 September, pemerintah memutuskan agar etnis China di negeri ini tidak mengembangkan bahkan wajib menutup usahanya. Alasan pemerintah saat itu, banyak di antara mereka yang simpati pada PKI. Dan lagi, Soekarno saat itu amat mesra dengan Peking ( Beijing ). Ternyata keputusan pemerintah saat itu menjadi bumerang dan semakin melemahkan perekonomian Indonesia yang sedang terpuruk!

Tahun 1997, bersamaan dengan runtuhnya Orde Baru dan terpuruknya perekonomian Indonesia akibat hutang yang membengkak akibat jatuhnya rupiah setelah simpanan ‘rupiah’ George Soros digelontorkan di pasaran bebas yang berakibat kekacauan ekonomi, politik, dan krisis kepemimpinan. Sekali lagi etnis China jadi sasaran ‘kemarahan dan kekesalan’ Etnis China pun jadi ketakutan luar biasa. Setelah terjadinya kasus perusakan dan pembakaran rumah dan pertokoan, serta pelecehan seksual dan perkosaan, banyak di antara mereka yang menulisi rumah dan toko mereka dengan kata “China Muslim” agar terhindar dari perusakan. Tentu saja hal ini menjadi bahan pergunjingan tak sedap di tengah masyarakat saat itu, seakan-akan akan terjadi ‘malapetaka hebat’ akan menimpa mereka.

o o o o o

Di antara masyarakat, sering terdengar selentingan atau sesuatu yang tabu seperti ini: sebagai orang Jawa jangan sampai menikah dengan etnis China, dengan alasan keluarga tidak akan bahagia. Mereka yang percaya lalu memberi contoh runtuhnya Majapahit adalah akibat pernikahan Prabu Brawijaya V dengan putri dari China.

o o o o o

Dari catatan kejadian di atas, timbul pertanyaan mengapa hal ini tidak berlaku ( dan semoga memang tidak akan pernah terjadi ) pada etnis Arab dan India yang ada di negeri ini. Sesuatu yang harus dipecahkan agar negeri ini semakin damai, makmur, dan sejahtera. Gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerto raharjo.

[caption id="attachment_212884" align="alignnone" width="565" caption="Foto: jakarta.tribune.news.com"]

1354680577399537840

[/caption]



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline