Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Jajah Desa Milang Kori, Saat Parpol Jadi Pengamen!

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13962296851040556703

Sumber: jpnm.com

Dalam konteks budaya Jawa dikenal istilah jajah desa milang kori yang berarti pergi dari satu desa ke desa lainnya untuk mencari ilmu. Seperti yang banyak dilakukan oleh kaum muda pada lampau dengan berguru pada seorang tokoh di sebuah padepokan atau pesantren di tempat lain. Pada masa kini, mencari ilmu dan pengalaman bukan hanya ke suatu desa saja, tetapi juga ke kota bahkan ke negeri manca.

Dalam Bahasa Jawa, jajah berarti keliling. Milang berarti menghitung. Sedangkan kori berarti pintu. Namun demikian tidak boleh diterjemahkan dengan arti keliling desa untuk menghitung pintu. Sebab jika diterjemahkan seperti ini, maka akan berarti kurang tepat yakni: amen atau mengemis. Seperti yang banyak diplesetkan dalam pembicaran pergaulan masyarakat kalangan bawah. Jika memang mengamen dengan tujuan mengenalkan dan mengembangkan sebuah kesenian bukan sekedar mencari uang masih bisa diterima.Seperti yang dilakukan oleh para seniman pada masa lalu dengan mengenalkan kesenian jaran kepang ( kuda lumping ), tari topeng, bantengan, reog Ponorogo, dan kentrung.

[caption id="attachment_301236" align="aligncenter" width="400" caption="Bendera dan warna sebuah parpol dikibarkan pada sebuah acara tradisi desa yang seharusnya bebas dari kampanye apalagi di luar masa kampanye."]

13962356261555004701

[/caption]

[caption id="attachment_301290" align="aligncenter" width="620" caption="Sumber: statik.tempo.co"]

1396246544903904058

[/caption]

[caption id="attachment_301291" align="aligncenter" width="600" caption="Sumber: antaranews.com"]

1396246604850374119

[/caption]

Pada masa sekarang terutama menjelang pemilu, jajah desa milang kori dalam arti mengamen semakin marak. Kampanye para calon legislatifdengan menampilkan penyanyi dengan berpakaian seksi adalah bentuk atau wujud mengamen dengan gaya lain. Tentunya yang diharapkan bukan uang tetapi suara rakyat untuk memilih mereka menjadi wakil di legislatif.

Satu hal yang menjadi keprihatinan, dalam mengamen ini sering terlontar pernyataan yang kurang bijakmenghadapi calon legislatif dari partai lain. Sindir menyindir bahkan ndemok bathuk calon lain. Ndemok bathuk berarti memegang dahi orang lain dalam budaya lebih berarti menyalahkan atau merendahkan orang lain adalah perbuatan yang tak pantas.

[caption id="attachment_301227" align="aligncenter" width="640" caption="Sumber: solopos.com"]

13962297891242960275

[/caption]

Pada masa lalu para seniman yang mengamen tak pernah menganggap seni yang lain sebagai sesuatu yang kurang baik atau bahkan buruk. Justru mereka bekerjasama untuk menyatukan seni yang satu dengan yang lainnya sehingga menjadi suatu pertunjukan yang lebih bagus. Misalnya Tari Remo dan kidungan serta Seni Ludruk,juga goro-goro ( dagelan punakawan dannembang ) dengan pertunjukan wayang kulit.

Bisakah para calon legislatif ini menyatukan diri untuk membangun negeri ini menjadi suatu negeri yang makmur. Bukan saling sindir, mencaci, tapi tak peduli dengan rakyatnya malah korupsi memperkaya diri…..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline