[caption id="attachment_305004" align="aligncenter" width="240" caption="Sumber: palingseru.com"][/caption]
Membaca koment para bapak di Kompasiana kadang membuat saya terpingkal-pingkal sendiri di depan laptop. Hal ini kadang membuat Si Marni jadi sedikit sewot “Ya wis sana guyona sendiri dengan Mbak Innet dan Mbak Maya…..”
“Hlo aku ini ngguyu Mas Jati lan pak-pak liyane….. Bukan Simbok-simbok dan Si Mbak-mbak yang cantik dan manis-manis itu…. Mereka itu sudah pergi gak tahu juntrungnya!”
Si Marni pun melihat dan membaca koment-koment para bapak-bapak ini dan langsung nyeluthuk “Wuiiik bapak-bapak dimana-mana sama saja……! Dasar lelaki…….”
Itu tanggapan Si Marni atas koment bapak-bapak. Bagaimana dengan koment dan tanggapan para kompasianer wanita atas koment-koment para bapak ini. Kalau ditulisanku secara eksplisit ( waduh Bahasa Indonesianya apa ya…… ) banyak yang menunjukkan rasa gak senangnya. Sehingga ada koment yang kuhapus bahkan tulisanku kuhapus.
Nah, apakah koment yang nyerempet-nyerempet ini membuat beberapa kompasianer wanita mengundurkan diri dari komunitasnya mbak maya dan mbak innet yang cantik, manis, dan genit ini? Entahlah….. Tapi yang jelas, beberapa di antara mereka yang dulu rajin dan tulisannya bermutu ( sungguh lho….) dan datang bertubi-tubi bagaikan badai sepoi-sepoi ( apa ada ya…..) kini hilang musnah tak berbekas. Bagaikan lelembut yang takut bau kemenyan. Aneh ya……
Ah, mudah-mudahan ini dugaan yang salah. Tapi saya sungguh amat senang masih banyak kompasianer wanita yang cantik, manis, seksi, dan pandai yang masih mau dan terus nongol. Entah sekedar beri koment atau juga yang rajin nulis memberi wawasan.
Selamat malam Mbak Maya dan Mbak Innet yang ehem-ehem…..
[caption id="attachment_305005" align="aligncenter" width="294" caption="Sumber: soktau.com"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H