[caption id="attachment_345292" align="aligncenter" width="425" caption="Penjual clurit dan cinderamata serta oleh-oleh di dekat Kraton Sumenep."][/caption]
[caption id="attachment_345293" align="aligncenter" width="425" caption="Penjual arit atau sabit dan aneka pisau di dekat Makam Bung Karno, Blitar."]
[/caption]
Arit atau sabit bagi kalangan petani merupakan alat untuk mencari dan memotong (menyabit) rumput, semak-semak, atau ranting-ranting kecil yang tak berguna. Maka arit bisa disebut sebagai pisau besar yang bentuk melengkung dan ujungnya runcing dan tajam. Dibuat demikian untuk menarik rumput atau ranting yang terpotong. Jadi arit bukan merupakan senjata atau gaman sebagai alat untuk mempertahankan diri, sekalipun dapat digunakan dalam keadaan terjepit ketika menghadapi hewan liar yang akan menyerang.
[caption id="attachment_345294" align="aligncenter" width="425" caption="Kalau ini deres untuk memotong manggar atau bunga kelapa untuk diambil sarinya."]
[/caption]
[caption id="attachment_345295" align="aligncenter" width="425" caption="Bukan ancaman kok...."]
[/caption]
Clurit bentuknya hampir seperti sabit atau arit, hanya saja tidak terlalu melengkung seperti lambang tanda tanya. Bentuknya ada yang kecil dan besar. Clurit merupakan senjata tradisional masyarakat Suku Madura yang ada di Madura maupun yang tinggal di sebagian wilayah timur Jawa Timur. Jadi clurit bisa disamakan dengan keris pada Suku Jawa atau rencong pada Suku Atjeh atau Mandau, kujang, serta badik. Jadi bukan merupakan pisau atau alat pemotong. Menurut pengamatan penulis, selama ini memang ada masyarakat Suku Madura yang menggunakan clurit untuk merumput tetapi bentuknya kecil.
Baik arit atau sabit dan clurit sebagai alat pemotong atau senjata harus digunakan sewajarnya dan seperlunya. Bukan untuk macam-macam, apalagi mengancam. Jadi kalau bukan petani, jangan menyimpan arit dan clurit!
Ini lho arit atau sabit.
[caption id="attachment_345300" align="aligncenter" width="425" caption="Eiiiittss hati-hati......"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H