Lihat ke Halaman Asli

Arel Fariq

Kompasiano

Sejarah Pasar Minggu, Hubungannya dengan Tanjung Barat

Diperbarui: 4 Juli 2023   12:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pasar Minggu, sebuah pasar yang awalnya hanya dibuka pada hari Minggu. Keberadaan Pasar Minggu sudah ada sejak lama. Seperti halnya Pasar Tanah Abang, Pasar Senen, Pasar Rebo, Pasar Pondok Laboe (Simplicitas), Pasar Minggu juga diadakan karena inisiatif pedagang VOC. Pada awalnya nama Pasar Minggu ini disebut Pasar Tandjong West yang buka pada hari Minggu (zondag). Namun dalam perkembangannya lebih populer disebut Pasar Minggu.

Pasar di Tandjong West yang buka pada hari Minggu (zondag), sebagai pasar swasta paling tidak sudah dicatat dalam Almanak 1834. Pasar swasta lainnya yang dicatat, antara lain di Poeloe Gadong (jumat), Pondok Gedee (senin), Tjilingsie (selasa), Bekassi (sabtu), Meester Cornelis (kamis) dan Tandjong Oost (rabu). Seperti halnya Pasar Tandjong Wesy menjadi Pasar Minggu, Pasar Tandjong Oost menjadi Pasar Rebo. Selain pasar swasta, juga dicata pasar pemerintah seperti di Weltevreden, Molenvliet dan Buitenzorg.

Lantas mengapa disebutPasar Minggu? Hal itu jelas karena dibuka pada hari Minggu. Yang menjadi pertanyaan mengapa Pasar Tandjong West menjadi Pasar Minggu? Dan sejak kapan nama Pasar Minggu muncul? Pertanyaan-pertanyaan ini sepintas tampak sepele. Mengabaikannya, kita tidak memahami apapun. Oleh karena itu masih perlu untuk memahami sejarah Pasar Minggu. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah 'sumber primer' seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Land Tandjong West, Tanjung Barat

Land Tandjong West (kini Tanjung Barat) dibangun setelah lama Tandjong (Oost) dibangun. Namun tidak diketahui sejak kapan Land Tandjong West dibangun. Paling tidak tahun 1772 Land Tandjong West dilukiskan oleh Johannes Rach sebagai Frisian di timur. Dalam lukisan itu terlihat Land Tandjong West sebagai usaha peternakan (penghasil susu) yang besar dengan 4.000 sapi perah dan 400 orang budak.

Land Tandjong Oost (Tanjung Timur, kini Pasar Rebo) dan land Tandjong West dipisahkan oleh sungai Tjiliwong. Tidak ada akses jembatan (jalan) antara landhuis Tandjong West dengan landhuis Tandjong Oost. Land Tandjong Ooost berada di jalur ekonomi perdagangan antara Meester Cornelis dan Buitenzorg di sisi timur sungai Tjiliwong (disebut jalan timur Oosterweg); sementara land Tandjong West berada di jalur ekonomi pedagangan antara Weltevreden dan Buitenzorg di sisi barat sungai Tjiliwong (disebut jalan barat Westerweg). Jalur jalan barat ini dari Buitenzorg melalui sejumlah tanah pertikelir (land): Tjiliboet, Bodjonggede. Tjitajam, Depok, Sringsing, Tandjong West, Doerian Tiga (Kalibata) dan Menteng ke Pasar Senen (Weltevreden).

Pada tahun 1830, Land Tandjong West yang kering sebagai ranch peternakan dibasahi dengan air yang yang dialirkan (membangun kanal) dari Setu Babakan. Sejak itu, sebagai land perternakan, land Tandjong West berkembang menjadi lahan pertanian yang subur. Sebelumnya, nama land Tandjong West sempat meredup. Land Tandjong West yang terkenal di era VOC, baru setelah pembangunan bendungan (Setu Babakan) dan kanal (irigasi) namanya populer kembali. Ukuran ekonomi perdagangan menjadi faktor penting popularitas suatu wilayah.

Setelah dibubarkannya VOC (1799) Pemerintah Hindia Belanda pada era Gubernur Jenderal Daendels (1809-1811) memulai konsep pembangunan ekonomi terintegrasi dengan membangun jalan pos trans-Java Anjer-Panaroekan. Jalan pos ini dari Batavia melalui sisi timur sungai Tjiliwong. Sejak itulah terminologi Oosterweg muncul (dan jalur jalan sisi barat disebut Westerweg). Proses ini tetap diadopsi selama penduduk Inggrisn (1811-1816).

Setelah kembalinya Pemerintah Hindia Belanda berkuasa, land-land di sebelah barat Westerweg berkembang pesat. Land-land Parong, Tjiniere dan Simplicitas (Pondok Laboe) terhubung membentuk jalur ekonomi perdagangan baru yang penting antara Buitenzorg dan Batavia (melalui Pasar Tanah Abang). Sejak itu jalur ini disebut Westerweg; jalur Westerweg lama disebut Middenweg. Jalur Middenweg ini adalah jalur sangat sulit dilalui, berlumpur di musim hujan. Ruas jalan Bondjong Gede (Bamboe Koening) dan Sringsing (Serengseng Sawah, kini Tanjakan UI) adalah momok bagi para crew (convoy) pedati. Berkembangnya jalur Westerweg yang baru dan lebih kering melalui Simplicitas mengakibatkan jalur Middenweg redup. Land-land yang berada di Middenweg juga redup termasuk land Tandjong West. Pembangunan irigasi di jalur Middenweg belum mampu mengatasi ketertinggalan.

Berkembangnya pertanian di Land Tandjong West memicu pembentukan pasar di land Tandjong West. Sebelumnya sudah terbentuk pasar di land Simplicitas. Jauh sebelumnya sejak era VOC sudah terbentuk pasar di Land Tandjong Oost (Pasar Rebo, kini bergeser menjadi Pasar Kramat Jati). Tiga pasar ini kurang lebih berada sejajar di selatan Batavia. Tiga pasar ini diusahakan oleh swasta yang dalam hal ini diusahakan oleh pemilik land. Situasi dan kondisi inilah yang dicatat pemerintah di dalam Almanak 1834).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline