Lihat ke Halaman Asli

Merdeka! Merdeka! di Libya

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merdeka! Merdeka!

Begitulah kata-kata semangat yang keluar dari mulutorang-orang Indonesia saat saling berjumpa di halaman Kedubes RI, didaerah Sharjah, 40 km dari kota Tripoly Libya pada bulan Agustus tahun 2007. Masa ketika Libya masih dalam keadaan tenang dan damai.

Laiknya acara "resmi" 17 Agustus di Indonesia, acara saat itu juga dimulai dengan upacara bendera, pidato dari perwakilan Kedubes dan kemudian dilanjutkan dengan acara ramah-tamah antar warga Indonesia di Tripoly - yang jumlahnya saat itu tidak lebih dari 700 orang. Upacara berlangsung dengan khidmat.

Acara ramah-tamah di isi dengan bazar makanan Indonesia dan juga penampilan "artis-artis" dadakan dari warga Indonesia. Suasana terasa guyub dan meriah.

Acara yang lebih semarak berupa perlombaan dan pertandingan diadakan di Camp Site, di daerah Sidi Farhat Suq Al Kamis, sekitar 60 km diluar kota Tripoly. Camp site adalah sebutan untuk base camp kantor pelaksana proyek kami di Libya. Lokasi Camp site terletak di daerah pertanian yang cukup subur dan peternakan kambing & onta.

 

[caption id="attachment_130498" align="alignleft" width="126" caption="Orang Libya main Traik Tambang"][/caption]

Peserta pertandingan dan perlombaan khas tujuhbelas-an tidak hanya orang Indonesia, tetapi juga orang asing, seperti dari India, Bangladesh, Muangthai, Filipina, Mesir, Pakistan, Niger, Mali, Ghana, dan tentu saja “tuan-rumah” orang-orang Libya.

Panas terik matahari (bisa mencapai 40-45 derajat), diselingi hawa panas dari padang pasir Sahara, tidak menyurutkan semangat bertanding dan berlomba dari para peserta. Semua orang dari manapun asalnya merasa senang dan gembira. Hal ini terutama terlihat dari orang-orang asing saat mereka mengikuti perlombaan seperti lomba balap karung, lomba makan kerupuk, lomba mengambil coin di semangka yang dilumuri oli, tarik tambang, lomba pukul kendi berisi air, sepak bola di lapangan pasir, main bola voli di pasir, dll.

Puncak acara 17-an adalah diadakannya malam kesenian yang menampilkan kesenian dari Pakistan, Band “barang bekas” dari Muangthai, Gamelan Jawa, Nasyid dari anak-anak Indonesia yang belajar di Libya.

[caption id="attachment_130500" align="alignright" width="168" caption="pekerja main gamelan"][/caption]

Sungguh suasana yang tak akan terlupakan.

Tujuhbelas-an di Libya tahun ini, tentu sangat berbeda dengan cerita diatas. Sampai tulisan ini saya buat, saya tidak mendapatkan kabar apakah ada upacara bendera di Kedubes RI di Libya.

Saya baca dari portal-portal berita di internet kondisi di Libya berdekatan dengan tanggal 17 agustus 2011, Tripoli - Beberapa ledakan mengguncang Tripoli, Jumat pagi (19/8), saat beberapa pesawat NATO terbang di atas wilayah ibu kota Libia Suara serangkaian ledakan terdengar sekitar pukul 10.00 waktu setempat (06.00 WIB) di pusat ibu kota Libia, tempat kompleks permukiman Khadafi berada, serta di beberapa daerah di sebelah barat kota itu…

Merdeka Indonesia…. Damai Libya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline