Lihat ke Halaman Asli

Pemimpin "Pengecut" = Pancasila "Mati"

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

His Holiness Dalai Lama IV pray for Indonesia at Borobudur Temple                    sumber: Ardy Saputra

Dalam rangka memperingati hari lahirnya Pancasila, Indonesia beramai-ramai unjuk gigi membudidayakan bagaimana seharusnya Pancasila dapat diimplementasikan secara tepat dan benar. Pada tanggal 01 Juni 2011, berbagai kota di Indonesia ikut berpartisipasi dengan mengadakan berbagai kegiatan yang manakala bisa bersifat untuk kepentingan bersama atau sendiri. Peran penyelenggara negara dan pemerintahan sangatlah penting untuk mengakar-kuatkan Pancasila ke dalam setiap pori-pori masyarakatnya. Ini semua tergantung kepada pori-pori yang dikehendaki, bisa saja berupa "murni" atau "munafik". Era reformasi sudah memasuki usia 13 tahun. Masyarakat terus saja mempersibukkan masalah perut yang kian tak kunjung berakhir malah praktek korupsi semakin marak terjadi di mana-mana baik itu di daerah pusat maupun daerah.

Tak terlepas dari suatu sifat manusia yaitu kelalaian atau kecerobohan. Tanpa di sadari, sifat itu dapat berakibat buruk atau juga bisa dikatakan "fatal" dalam jangka pendek atau panjang. Seperti yang dikemukakan salah satu Guru Besar Universitas Indonesia, Sri Edi Swasono, "Mendikbud sendirilah yang terlalu terburu-buru menghilangkan penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamatan Pancasila). Sebaiknya terlebih dahulu melakukan revisi materi dan metodik pedagogisnya. Akibatnya, reformasi berjalan mengabaikan Pancasila, menjadikan reformasi nasional tanpa platform dan amburadul sebagaimana kita gelisahkan saat ini". Banyak lagi hal yang terjadi lagi seperti pemisahan kebudayaan dari pendidikan, kebudayaan masuk ke dalam Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Semakin banyak perubahan yang terjadi justru mengakibatkan kesenjangan dalam mengamalkan Pancasila sebagai pandangan hidup.

Melalui pendidikanlah, Pancasila dapat dioptimalkan secara maksimal. Revitalisasi juga tak kalah penting dalam peran pembangunan Pancasila. Tetapi apabila hal tersebut tidak disosialisasikan dan dibudayakan di dunia pendidikan dan birokrasi pemerintahan maka peran tersebut tidak berfungsi secara maksimal. Manusia terlalu cenderung banyak mengeluarkan kata-kata bohong sekaligus tindakan yang dilakukan tidak sejalan dengan yang diutarakan seperti suatu iklan produk rokok berbunyi "Talk Less Do More". Manusia itu terkadang munafik terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itu, marilah kita berjuang melawan kemunafikan diri sendiri. Salah satu cara yang dilakukan adalah mengembangkan 3 sifat yaitu : Kagum, Percaya, dan Ingin Seperti. Dari sifat yang dasar terlebih dahulu yaitu rasa kagum ketika melihat Indonesia memiliki Ideologi yang sedemikian hebatnya. Suatu dasar negara yang kuat akan mampu bertahan melawan setiap tantangan. Sifat kedua yaitu Kagum seperti halnya kita akan kagum ketika melihat Obama berpidato dengan gagahnya, tidak seperti halnya di Indonesia yang selalu mengucapkan kata "prihatin" saja. Dan yang terakhir yaitu Ingin Seperti, suatu sifat yang mengacu kepada dedikasi seseorang terhadap objek yang seperti diinginkan. Ideologi Pancasila bersusah payah di rumuskan oleh tokoh nasional kita juga dikombinasikan dengan ideologi Sun Yat Sen yaitu San Min Chu I berprinsip terhadap nasionalisme, demokrasi dan sosialisme.

"Sekarang, abad ke-21, era pemerintahan raja dan pemuka agama sudah lewat," ungkap Dalai Lama ke-IV ketika diwawancara khusus wartawan kompas beberapa waktu yang lalu. Meskipun pengunduran diri Dalai Lama dari panggung politik yang disampaikan pada tanggal 10 maret 2011 lalu bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional Tibet, masyarakat Tibet tetap setia dan percaya terhadap beliau. Menurut pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Dunia dan pengemar berat Thomas Jefferson ini, kriteria-kriteria yang harus dimiliki seorang "Pemimpin" adalah dedikasi penuh kepada rakyatnya dan mampu melampaui waktu (zaman). Bila kita lihat pemimpin negeri kita sekarang, apakah sepenuhnya dia kompeten memenuhi kriteria yang disebutkan tesebut. Menurutku, pemimpin kita sekarang sangatlah jauh dari harapanku dan mungkin sudah saatnya kita membutuhkan seorang pemimpin baru yang penuh dedikasi alias bertanggung jawab kepada rakyatnya. Alangkah indahnya negara kita dipenuhi rakyat yang mempercayai penuh terhadap pemimpinnya sebagaimana dahulu seluruh rakyat Indonesia diliputi oleh rasa kegembiraan ketika Founding Fathers kita, Ir.Soekarno Hatta membacakan Proklamasi. Oleh karena itu, marilah kita sama-sama berjuang untuk membalas budi kepada "mereka-mereka" yang telah bersusah payah merumuskan Pancasila. Dengan mempelajari sejarah, kita akan semakin kenal dan dekat kepada Pancasila.

Garuda Pancasila akulah pendukungmu Patriot proklamasi sedia berkorban untukmu

Pancasila dasar Negara rakyat adil makmur sentosa Pribadi bangsaku, ayo maju, maju, ayo maju, maju, ayo maju, maju

Mars Pancasila

Silahkan kritik pedasnya  ....!! ^.^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline