Lihat ke Halaman Asli

Pilgub DKI Jakarta, Siapa yang Curang?

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dear kawan.. Sebenarnya saya pengen jadi pembaca setia aja dan mengamati proses jalannya Pilgub DKI Jakarta, karena saya sendiri bukan warga DKI Jakarta dan tidak punya hak pilih tentunya. Tapi serunya pertarungan di Pilgub DKI membuat saya menjadi semakin penasaran. Disatu sisi, walaupun bukan sebagai warga DKI, saya ingin adanya perubahan di ibukota negara ini. Sudah banyak permasalahan yang belum terselesaikan sampai saat ini. Yang membuat saya memutuskan untuk membuat tulisan ini adalah salah satu pasangan, Jokowi-Ahok, sukses memutarbalikkan hasil lembaga-lembaga survei yang menyatakan bahwa Foke-Nara menjadi yang teratas dalam Pilgub DKI (dalam survei yang dilakukan menjelang Pilgub). Ini sebuah fenomena baru yang merembet kemana-mana dan membentuk persepsi publik baru di kalangan masyarakat. Mulai dari metode survey yang digunakan oleh lembaga-lembaga survey tersebut sampai kepada personal dan pesona dari pasangan Jokowi-Ahok. Kemarin, seperti yang teman-teman baca atau lihat di media cetak atau elektronik, kubu Foke-Nara memberikan pernyataan bahwa tim Jokowi-Ahok melakukan money politics. Saya makin penasaran melakukan penerusuran ke beberapa media dan forum-forum yang sedang hangat membicarakan soal kemenangan Jokowi-Ahok untuk mencari tau soal berita ini. Karena menurut saya percakapan di 'basis' pendukung di social media maupun forum, banyak terlontar pemikiran-pemikiran kritis dan info-info akurat dibandingkan saya harus mencari lewat media massa. Saya sedikit heran dengan sebuah link berita yang mengarahkan saya ke salah satu portal berita. Disitu terdapat foto-foto Nara pada tanggal 26 Juni 2012 dalam kampanyenya membagikan saweran kepada ibu-ibu. Apakah ini money politics atau bukan? Menurut sudut pandang saya, saya rasa itu merupakan bentuk money politics karena membagikan uang ke pendukung. Saya gak tau gimana pendapat Anda, mungkin pendapat kita berbeda :)

(Lengkapnya silakan lihat disini http://foto.news.viva.co.id/read/7371-nachrowi-ramli-sawer-uang-saat-kampanye ) Pihak Foke mengkalim bahwa ada saksi yang melihat orang berbaju kotak-kotak yang melakukan money politics dengan memberikan uang dalam jumlah tertentu kepada warga, bahkan fotonya pun ada. Kemudian saya coba buka berita lain dan saya sedikit terkejut dengan berita dan foto yang saya lihat.

(lengkapnya baca di http://foto.news.viva.co.id/read/7401/86971-komunitas-baju-kotak-dukung-foke-nara ) Dalam berita tersebut dituliskan bahwa Sejumlah massa dari Komunitas Baju Kotak Jakarta (Kombakoja) menyatakan dukungannya kepada pasangan cagub cawagub Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli di Media Center Dipo 61, Jakarta, Kamis (28/6/2012). Untuk laporan yang menyatakan bahwa ada seseorang yang berbaju kotak-kotak membagikan sejumlah uang kepada warga, mungkin baiknya dicek ulagn apakah itu benar dari pihak Jokowi-Ahok ataukah justru dari Komunitas Baju Kotak Jakarta, karena pakaiannya sama persis :) Saya tipe orang yang gak tahan kalau ada orang yang menjatuhkan orang lain tapi tidak bercermin dari diri sendiri. Gak bercermin dari apa yang dilakukan sebelum menuduh orang lain, jahat menurut saya. Dan menurut saya, dalam konteks Pilgub DKI, hal ini justru membuat warga DKI semakin tidak simpatik dengan Foke-Nara. Semakin agresif menyerang, maka semakin anjlok pula elektabilitas seorang Foke. Setelah blunder-blunder lain yang dilakukan seperti kampanye berbau SARA dan juga janji-janji yang membuat warga DKI (mungkin) muak. Belum lagi ditambah pernyataan seorang Anas Urbaningrum yang menjadi bulan-bulanan di detik.com (baca http://news.detik.com/read/2012/07/14/175736/1965483/10/anas-yakin-fauzi-bowo-bakal-libas-jokowi-di-putaran-kedua) yang sampai tulisan ini ditulis mencapai 2003 komentar. Saya setuju pendapat seorang pengamat politik menaggapi soal berita tim sukses Foke-Nara yang menyatakan menemukan money politics, seharusnya jika ada pelanggaran laporkan ke panwaslu, tidak perlu mengumpulkan wartawan jika memang ada pelanggaran. Pihak Jokowi-Ahok justru terkesan santai menaggapi berita tersebut dan ini justru membuat masyarkat bertambah simpatik dengan mereka. Secara psikologis, orang akan merasa antipati dengan orang lain yang menjatuhkan atau "menyakiti" seseorang. Sedangkan yang dijatuhkan memiliki sikap yang baik, rendah hati, dan tidak menjelekkan orang lain bahkan orang yang menjatuhkannya tersebut. Jika strategi-strategi ini masih dilakukan tim sukses foke, maka saya yakin suara Foke akan sangat jatuh di putaran kedua nanti. Masyarakat sekarang sudah pintar, memutuskan sebuah pilihan bukan dari partai politik yang ada di belakang pasangan tersebut, tetapi lebih ke figur pasangan yang bertarung. Ketika sebuah iamge negatif terbentuk di masyarakat, pupuslah sudah ambisi untuk meraih kursi DKI-1.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline