Lihat ke Halaman Asli

Ardy Milik

akrabi ruang dan waktu

Semalam di Semau

Diperbarui: 17 April 2019   17:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gugusan Pantai Liman dari puncak Bukit. Sumber Foto: Tim Tapaleuk

Memulai Langkah

Panas terik menyengat. Keringat mengalir pada pelipis. Membasahi baju. Waktu hampir tengah hari. Kami sementara mengantri di pelabuhan rakyat Tenau Kupang untuk menyebrang ke Pulau Semau. Pelabuhan rakyat ini terletak di samping pelabuhan Tenau yang melayani pelayaran kapal PELNI di NTT dan luar NTT. 

Pelabuhan rakyat Tenau ini tanpa ruang tunggu. Sebuah pohon jadi tempat bernaung. Kapal Kapal Motor menambatkan sauh-nya pada bangunan semen yang menjorok ke laut. Beberapa penjual menjajakan jualannya; makanan ringan, tissue, rokok, air mineral dan kopi instant.

Para awak kapal telah menaikan motor yang akan kami bawa. Beberapa penumpang saling bertukar cerita di atas kapal motor. Kami menanti sambil bercakap dengan para nahkoda kapal motor. Kapal motor akan berangkat kalau sudah penuh; sekitar 10-15 orang, demikian tutur nahkoda yang akan membawa kami ke Pulau Semau. Waktu tempuh ke Pulau Semau dengan kapal motor sekitar 30 menit dari pelabuhan Tenau ke Pelabuhan Onan Batu. Menurut Nahkoda biaya perjalanan ke Semau; 25.000 per orang, per motor tarifnya 50.000.

Hampir setiap hari penumpang akan ramai karena bahan kebutuhan pokok dengan harga murah hanya dapat dibeli di Kupang. Mayoritas pekerjaan penduduk Semau adalah petani palawija dan holtikultura sebagian juga adalah nelayan handal, lagi peternak telaten. 

Hasil pertanian, perikanan dan peternakan akan mereka pasarkan ke Kota Kupang. Terkadang, mereka terpaksa akan menyerahkan hasil jerih payahnya pada para pengepul yang sering membeli dengan harga murah.

Setelah 20 menit menunggu. Penumpang mulai berdatangan memenuhi kapal. Membawa belanjaan dari pasar pasar di Kota Kupang. Ada pula beberapa pelancong yang hendak menikmati indahnya pantai di Semau. Pulau Semau dapat terlihat dengan mata telanjang dari pelabuhan tempat memulai pelayaran. Kami mulai berlayar, diiringi hembusan angin darat yang sepoi menuju Pulau Semau, pulau yang terpisah dari Daratan Pulau Timor.

Pulau Semau adalah pulau di Kabupaten Kupang yang dibagi menjadi dua kecamatan pada tahun 2006. Kecamatan Semau Selatan dan Kecamatan Semau Utara. Kecamatan Semau Utara terdiri dari 8 desa yaitu: Desa Batuinan, Desa Bokonusan; Desa Hansisi Desa Huilelot Desa Letbaun Desa Otan Desa Uiasa Desa Uitao. Kecamatan Semau Selatan terdiri dari 6 desa yaitu Desa Onansila, Desa Uitiuhana (Oetefu Kecil), Desa Akle, Desa Uitiuhtuan (Oetefu Besar), Desa Naikean dan Desa Uiboa (wiki/Semau, Kupang)

Mengkrabi Pesona Pantai Liman

Pulau Semau merupakan salah satu bagian dari pulau di FLOBAMORATA yang menghidupi budaya lisan dalam melestarikan kebudayaannya. Asal usul kedatangan orang Semau pertama dan silsilah keluarga adalah contoh pewarisan nilai melalui tutur lisan. 

Sesuai tuturan lisan, awalnya Pulau Semau ditinggali oleh dua orang: orang pertama: Tausbele berasal dari Etnis Rote Timor, menguasasi wilayah Selatan Semau, dengan marga pendukungnya: Batu, Nenobesi. Orang Kedua: Putislulut, tinggal di dusun 5, marga yang mendukungnya: Holbala, Laiskodat, Siktimu, Mestuni, Daulika dan Laikuni. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline