Bahkan aku tak sempat mengukir namamu dalam catatan kaki hidupku.
Sebab, terlampau pelik mengunyah jalan penderitaanmu dalam nalarku.
Saat kedatanganmu setelah sekian lama membanting tulang di negeri tetangga adalah
berita buruk bagi yang menunggumu penuh harap.
Isi sakumu yang tak sempat kau berikan pada mereka yang pantas menerimanya,
jadi kuk yang harus kau pikul di pundakmu.
Semuanya dikeruk habis oleh mereka yang mengenalmu,
hanya dengan berbekal secarik foto di layar Handphone.
Engkau hanya berupa cerita yang tak sempat terkabarkan,
dalam rangkaian kisah yang ingin kututurkan pada telinga yang tak mendengar.