Lihat ke Halaman Asli

Jalan Rusak di Sidoarjo

Diperbarui: 29 November 2024   16:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

     Banyak dari kita yang tentunya sudah tidak asing lagi dengan kota Bernama Sidoarjo. Kota yang terkenal dengan lambang kotanya yang berbentuk bandeng dan udang ini terletak di Provinsi Jawa Timur. Namun, hal lain yang sering diperbincangakn ketika membicarakan kota ini adalah betapa banyaknya jalan rusak yang ada di berbagai titik kota.  

      Di Sidoarjo banyak ditemukan jalan rusak mulai dari yang ringan sampai berat. Dilansir dari Medkom.id, jalan yang menjadi kewenangan Pemkab Sidoarjo adalah sepanjang 1.021,3 Km. Namun jalan yang layak dilewati hanya sepanjang 970,79 Km. Jadi dapat disimpulkan bahwa jalan yang rusak ringan maupun berat telah mencapai 50,58 Km.

      Sudah banyak sebenarnya warga yang telah mengeluhkan tentang permasalahan infrastruktur yang tidak memadai ini. Bahkan, menurut Dwi Eko Saptono selaku Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten SIdoarjo, 7 dari 10 surat keluhan yang disampaikan oleh warga tersebut berhubungan dengan permasalah jalan rusak. Para warga semakin resah karena jalanan-jalanan rusak ini banyak membahayakan pengendara. Para pengendara sering terjatuh akibat terperosok lubang dan mengakibatkan cedera. Jalan-jalan yang banyak dilaporkan antara lain yaitu, Jalan Lingkar Timur dan Jalan Banjarsari Buduran.

     Pasti banyak dari kita yang bertanya-tanya mengapa Sidoarjo bisa mengalami kerusakan jalan sebanyak itu. Dikutip dari pernyataan Bapak Dwi Eko Saptono, terdapat 3 alasan yang dapat menjelaskan mengapa isu ini ada. Pertama, yaitu karena terdapat proyek nasional Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulan. Proyek ini mengharuskan proses dimasukkannya pipa ke dalam jalan yang diawali dengan merusak jalan. Alasan kedua adalah mobilisasi urukan. Hal ini terjadi Ketika banyak warga Surabaya yang bergeser ke Sidoarjo akibat telah padatnya Kota Surabaya sehingga banyak mobilisasi sirtu (pasir dan batu). Jalan di Sidoarjo yang kebanyakan berstatus "jalan daerah" hanya dapat menanggung beban seberat 10 ton. Sedangkan, kendaraan yang lewat sekarang telah melebihi batas tersebut. Selanjutnya, alasan yang ketiga adalah hujan deras yang membuat jalanan aspal tergerus. Kondisi ini semakin diperparah oleh tidak adanya drainase yang mengakibatkan air hujan menggenang di jalan. Genangan yang tak terhindarkan ini juga disebabkan oleh curah hujan tinggi di Sidoarjo. Dari awal Februari sampai pertengahan Maret, curah hujan telah mencapai skala 300-400 milimeter.

      Sudah banyak masyarakat yang berharap permasalahan jalan rusak ini cepat terselesaikan. Mengingat hal ini merupakan hal krusial untuk  masyarakat, alangkah baiknya jika pemerintah terus melakukan gerakan-gerakan yang dapat membantu terbangunnya infrsastruktur yang digunakan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline