Lihat ke Halaman Asli

Jancuk Satu Kata Berjuta Makna

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13397798631865138806

JANCUK!!! Kata ini seakan tabu bila diucapkan dan bahkan tidak jamak di telinga masyarakat luar Jawa Timur. Namun itu dulu, sebelum berkembangnya teknologi seperti sekarang ini. Kata Jancuk lahir dari arek Suroboyo, kasar memang tapi itulah dialek khas Arek Suroboyo. Orang jawa (golongan mataraman) pada umumnya menganggap dialek suroboyoan adalah yang terkasar, tapi sebenarnya itu menujukkan sikap tegas, lugas, dan terus terang. Sikap basa-basi yang diagung-agungkan Wong Jawa, tidak berlaku dalam kehidupan are Suroboyo.  Misalnya dalam berbicara, wong jawa menekankan tidak boleh memandang mata lawan bicara yang lebih tua atau yang dituakan atau pemimpin, karena dianggap tidak sopan. Tapi dalam budaya arek suroboyo, itu tanda bahwa orang tersebut sejatinya pengecut, karena tidak berani memandang mata lawan bicara.

Saat ini Jancuk telah menjalar ke berbagai wilayah baik disekitaran Jawa Timur hingga seluruh Indonesia. Bahkan Orang Korea di tempat saya bekerja pun pernah menggunakan kata - kata tesebut untuk mengekspresikan betapa panasnya surabaya, "Jancuk, ini panas sekali di Surabaya" (tentunya dengan aksen Korea). Jancuk Berasal dari kata "encuk" yang kemudian dipersempit pengucapannya menjadi "cuk" dengan diberi awalan "jan". Kata "encuk" sendiri bearti (maaf) bersetubuh, melakukan hubungan suami - istri, dan sebagaianya. Kata "cuk" dahulu juga pernah jadi singkatan untuk semboyan mahasiswa ITS "Arek ITS Cuk" yaang artinya "Arek ITS Cekatan Ulet Kreatif". Dapat di cek disini.

Dahulu "jancuk" selalu dikonotasikan dengan hal negatif, karena "jancuk sendiri merupakan ungkapan kekesalan, kemangkelan, kekecewaan dan segala macam bentuk ekspresi negatif dari Arek Suroboyo.  Seering dengan perkembangganya kata "jancuk" memiliki perluasan makna, bukan hanya sebagai ungkapan negatif, kata "jancuk" dapat juga barti ungkapan perasaan kepada sesuatu yang dirasa bagus, indah, baik, dan segala bentuk ekspresi positif seperti : "jancuk, apik temen pemandangane" (jancuk bagus benar pemandangannya), "jancuk ayu yo arek iku" (jancuk cantik ya anak itu). Di sisi lain "jancuk" juga merupakan bentuk keakraban antar teman yang seumuran, atau seperkumpulan. Sebagai contoh penggunaan kata 'jancuk" dalam keakraban adalah : "eh januk yok opo kabarmu" (eh jancuk bagaiaman kabarmu), "eh jancuk teko ndi koen?" (eh jancuk dari mana kamu?).

"Jancuk" semakin populer ketika di tahun 2009, beberapa anak muda yang tergabung dalam http://www.gathotkacastudio.com mengeluarkan film animasi berjudul "gramar suroboyo" yang menceritakan pertemanan antara "Suro" dan Boyo" yang merupakan lambang kota Surabaya. Film ini dibuat lengkap dengan kata - kata kasar, percakapan, kesetiakawanan, dan guyonan khas Arek Suroboyo. Film ini di buat sampai dengan 4 skuel. Link untuk filmtersebut dapat dilihat disini

Terlepas dari itu semua, pemakaian kata "jancuk" harus pada tempatnya. Dalam artian jangan gunakan kata "jancuk" pada orang yang baru kita kenal atau belum terlalu akrab, khususnya ke Arek Suroboyo. Bila "jancuk" digunakan ke orang yang baru kenal atau beum terlalu akrab, khusunya Arek Suroboyo, maka bukan keakraban yang didapat tapi kemarahan dan adu fisik yang didapat. Begitu juga jangan gunakan "jancuk" kepada seorang yang lebih tua, hal ini dianggap tidak sopan oleh Arek Suroboyo. Ini juga yang menegaskan bahwa walaupun terkanal sebagai orang Jawa yang paling kasar, tapi Arek Suroboyo juga menghormati orang yang lebih tua.

Note : maaf tulisan ini hanya opini, bukan bermaksud mengurui maupun misui (memaki dengan "jancuk"). Tulisan ini hanya sebuah ekspresi Arek Suroboyo yang sedang belajar untuk hidup.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline