Lihat ke Halaman Asli

Ryan Ardiansyah

Tak ada kosa kata yang mampu mengambarkan

Ruang Individu dan Sosial Islam

Diperbarui: 17 November 2022   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Umat Islam bergerak atas kesadaran, tidak karena keuntungan-keuntungan material seperti kekuasaan politik, kepentingan kelas, atau kepentingan golongan" 

-Kuntowijo dalam bukunya Identitas Politik Umat Islam.

Dalam beberapa dekade Indonesia saat ini masyarakat Indonesia di hadapkan dengan persoalan politisasi agama dan radikalisme. Serangkai berita konfik keagamaan mulai dari tahun 1998, pemboman sadis, dan politisasi pemilu DKI Jakarta, serta yang terbaru berita wanita memaksa menerobos masuk istana negara. 

Tentu hal ini menimbulkan rangsangan pada para penulis untuk menulis terkait isu radikalisme dan politisasi. Artikel ini akan membawa hal yang berbeda untuk melihat kehidupan ummat Islam di Indonesia. Berangkat dari fenomena yang ada perkembangan umat Islam di Indonesia sangat pesat terutama dalam membentuk sistem pemerintahan yang beragam.

Epistemologis Kebebasan Individu dan Hak Universal Islam

Berangkat dari kegelisahan terkait konflik agama, penulis ingin mengajak untuk merambah kembali pemikiran atau lorong sejarah bagaiamana para pemikir Islam di Indonesia mengejawantahkan idenya melalui pemikiran politik tanpa menimbulkan konflik keagamaan. Istilah Epistemologi muncul dari alam pikir Yunani yang mengartikan tentang bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan yang bisa diaplikasikan dalam kenyataan dengan maksud agar seseorang dapat bertindak bijaksana.

Sumber pengetahuan Islam berdasarkan dua sumber yakni Al-Qur'an dan Sunnah. Istilah Epistemologi bukan hal yang baru dipakai. Istilah ini berasalah dari seorang cendikiawan muslim yakni Fazlur Rahman. Ia berpendapat Epistemologi Islam yakni semua kenyataan berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan (Innalilahi wa innailaihi rojiun).

Kewajiban agama mempunyai dua sisi yakni individu dan kemasyarakatan. Dalam Al-Quraan surah Al-Imran (3):112 yang mengungkapkan hablun minallah qa hablun minannas. Yang memebrikan petunjuk bahwa kehidupan manusia adalah penyambungan antara tali Keimanan (tauhid individu) dan Amal Shaleh (Tauhid Sosial).

Pada tingkatan kebebasan Individu manusia sebagai mahkluk bertahuid pada kepercayaan mutlak. Bentuk kebebasan individu berupa kepasarahan atau kecintaan kepada Tuhan yang diejawantahkan kepada prilaku sosial (khalifah fil ardh) yang kemudian mencapai titik Insan Kamil (Penyempurnaan manusia) dikemudian kehidupan selanjutnya.

Namun disatu sisi manusia menjadi sangksi dalam mengambil sikap diantara tugas individu dan keuniversalan, manusia terkadang gugup untuk antara merubah dunia dan dirinya. Pada dasarnya manusia berasal dari kebenaran hakikat sebagai mahkluk individu namu hidup dunia dengan sebagala bentuk sosial baik dengan masyarakat atau mahluk lainnya, lalu pulang pada alam akhirat sebagai mahkluk individu.

Oleh karena itu manusia berjalan dalam melaksanakan hak individual dan universal dilandasi dengan sikap merdeka untuk mendayung tugasnya sebagai makhluk individu dan makhluk universal. Sehingga mampu merubah nasib dunia dan dirinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline