Lihat ke Halaman Asli

Bahasa Alay Vs Bahasa Indonesia

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

“Sebuah Pemikiran akan Kekhawatiran dalam Penggunaan Bahasa”

Komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia yang mendasar. Manusia dapat menjalin sebuah komunikasi dengan menggunakan bahasa, di setiap negara pun memiliki bahasa yang berbeda-beda dan setiap manusia memiliki cara dan ciri yang khas dalam penggunaan bahasanya masing-masing. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional, bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.

Dalam perkembangannya di negara kita bahasa tercantum dalam Sumpah Pemuda, yang dinyatakan sebagai berikut, ‘kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia’. Seperti yang kita tahu, Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa dengan bahasa daerah masing-masing, kenyataan yang demikian membutuhkan suatu solusi untuk mempersatukan Bangsa Indonesia dalam Bahasa Indonesia. Hal mendasar yang memunculkan adanya bahasa persatuan adalah komunikasi tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak ada kesatuan bahasa, misalnya ada sebuah perbincangan antara suku batak dengan suku jawa, jika tidak ada kesatuan bahasa maka resiko timbul konflik sangatlah besar.

Pada masa sekarang ini bahasa berkembang cukup pesat, di tahun 2012 saja kini telah muncul trend bahasa baru selain bahasa daerah yaitu, bahasa alay. Bahasa baru ini dinilai telah memberikan pengaruh besar terhadap pola komunikasi dan melemahkan sistem tata bahasa yang baik dan benar. Bahasa alay sendiri muncul di tengah-tengah remaja Indonesia, atau mungkin remaja itulah yang menciptakan bahasa-bahasa tersebut. Disadari atau tidak kemunculan bahasa alay tidak dapat dideteksi kapan muncul dan siapa yang menciptakan.

Beberapa bahasa alay yang kerap digunakan antara lain dalam penulisan pesan singkat atau sms, dalam social media, yang kemudian dari kedua hal yang dekat dengan kehidupan tersebutlah telah menjadi kebiasaan. Sering kali kita temui dalam penulisan tugas sekolah, karya tulis, ataupun dalam tataran akademik lainnya, bahasa-bahasa tersebut digunakan padahal penulisan tersebut tidak diperkenankan. Bahasa-bahasa yang kerap ditemukan antara lain memiliki ciri sebagai berikut:

1.Huruf yang digunakan tidak sesuai yaitu besar kecil, seperti; KaMu gI aPaH, SalAm, dan sebagainya

2.Bahasa yang dipakai tidak sesuai dengan penulisan, seperti; CemuNguds ya QaQa, AkuH 9ak Bisa SmS…

3.Tanda baca yang dipakai berlebihan dan tidak sesuai, seperti; CemuNguds ya QaQa,..!!

4.Pengkombinasian huruf dan angka dalam membentuk rangkaian kata, seperti; 9ag, 5aff, kaMuh 5 caPah?, dan masih banyak hal janggal dalam penulisan yang tidak sesuai.

Adanya gaya penulisan baru tersebut disadari atau tidak membawa dampak yang kurang baik dalam dunia akademik. Hal tersebut dapat mengurangi kepekaan siswa dalam menulis karya tulis yang baik dan sesuai dengan tata Bahasa Indonesia. Tak jarang dalam ulangan harian, penulisan tugas, muncul bahasa alay, dan singkatan-singkatan yang tidak sesuai.

Kondisi tersebut memang mengkhawatirkan, karena dapat mengikis Bahasa Indonesia yang sebenarnya menjadi bahasa pendidikan dan patut kita gunakan. Kalau bahasa yang digunakan adalah bahasa alay, maka fungsi dari Bahasa Indonesia makin lama akan makin hilang.

Dalam komunikasi antar manusia, yang dibutuhkan bukanlah bahasa gaul, atau bahasa alay, melainkan bahasa yang wajar dan mudah dipahami oleh komunikan, dan komunikatornya. Posisi Bahasa Indonesia dalam hal ini tidak dapat digantikan karena merupakan bahasa Nasional. Sementara itu bahasa alay hanyalah bahasa komunikasi yang sepatutnya dihindari pemakaiannya dalam kehidupan sehari-hari karena dalam dunia akademik pun penggunaan bahasa alay tidak dapat dibenarkan. Oleh karena itu sebagai generasi muda yang kelak akan membawa nama baik Indonesia di kancah dunia, kita harus mampu menunjukkan citra baik, sopan, santun, cerdas, dan berintelektual tinggi melalui bahasa kita, Bahasa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline